Selasa 07 Jul 2020 20:38 WIB

Dirjen Kebudayaan Kemendibud Gelar Sandiwara Sastra Audio

Sandiwara sastra itu akan diisi banyak aktris.

Rep: Rahayu Marini Hakim/ Red: Karta Raharja Ucu
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Titimangsa Foundation serta berbagai media, mempersembahkan alih wahana karya sastra Indonesia ke dalam Sandiwara Sastra. Sandiwara Sastra merupakan alih wahana sastra dalam bentuk sandiwara audio dengan durasi 30 menit yang diperankan oleh aktor-aktor  terkemuka Indonesia yang akan disiarkan di podcast @budayakita dan akan disiarkan juga di Radio Republik Indonesia (RRI) seluruh Indonesia. Nantinya Sandiwara Sastra akan tayang satu episode setiap pekannya.

Pada acara Taklimat Media Sandiwara Sastra, Senin (6/7) yang dihadiri oleh berbagai bintang seperti Pevita Pierce, Widi Mulia, Happy Salma, Lukman Sardi, Jefri Nichol, Iqbal Ramadhan, Chicco Jerikho, Lukman Sardi, Reza Rahardian, dan masih banyak lagi. Serta dengan moderator Maudy Koesnaedi.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengaku langsung menyetujui projek dan karya sastra tersebut. Bahkan ia menyebut projek tersebut sangatlah penting.

“Beberapa waktu lalu Mba Epi dan Mba Yulia membicarakan tentang sandiwara audio tersebut. Lalu saya langsung setuju karena ini projek dan karya seni yang penting,” ujarnya.

Hilmar berkata, dengan pengalihan wahana dengan sandiwara audio yang sebelumnya sangat populer. Ia menyebut kembalinya sandiwara audio sangatlah tepat waktu, mengingat sebelumnya terdapat tantangan dari berbagai media baru seperti TV dan Internet.

Melalui pesan video Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim turut memberikan ajakan para kaum muda untuk menyukai karya sastra sandiwara berbentuk audio. Serta diharapkan sandiwara audio bisa menjadi dukungan dalam kegiatan belajar dari rumah.

“Hakikatnya sastra memiliki peran penting dalam kebudayaan, melalui tokoh sastralah kita bisa lebih menguatkan diri kita serta lebih mengenal sifat kebudayaan diri. Di tengah pandemi saat ini kita diberi waktu untuk membuat karya ini, serta sebagai dukungan dalam belajar dari rumah,” ujarnya.

Perwakilan dari Titimangsa Foundation dan media, Happy Salma menyebut hal tersebut merupakan langkah nyata. Langkah ini diharapkan bisa menjadi spektrum sastra yang lebih luas ke depannya.

“Ini mungkin langkah nyata dalam memaknainya walaupun ini mungkin langkah kecil. Tetapi langkah kecil ini harapannya bisa menjadi spektrum sastra yang lebih luas,” ujarnya.

Pemilihan berbentuk audio sendiri dinilai penting sebagai kepekaan yang mesti dibangun, karena berbeda dari kegiatan melihat dan membaca. Melalui sandiwara sastra ini diharapkan terbukannya kesempatan yang lebih besar agar sastra bertemu dengan publik yang berbeda.

Selain itu sandiwara sastra selama pandemi disebut sebagai suatu alat agar terus terciptanya karya. Sehingga Happy berkata Titimangsa Foundation sangat berterima kasih kepada para aktor yang telah memberikan talentanya.

Adaptasi naskah sendiri dipercayakan kepada Ahda Imran, serta Anggie Noen dan Gunawan Maryanto yang merangkap sebagai sutradara. Sedangkan penata musik dikerjakan oleh Yennu Ariendra.

Projek Sandiwara Sastra sendiri akan ditayangkan perdana pada Rabu, 8 Juli 2020. Dengan penayangan seminggu satu kali, berdurasi selama 30 menit. Penanyangan akan dilakukan secara podcast oleh @Budayakita dan Radio Republik Indonesia dengan jumlah 10 episode.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement