Senin 06 Jul 2020 15:23 WIB

Kasus Stunting di Nunukan Menurun Setiap Tahun

Situasi ini sangat menggembirakan karena persentase terus menurun setiap tahun.

Mengawasi pertumbuhan anak di posyandu merupakan cara pencegahan stunting.
Foto: Istimewa
Mengawasi pertumbuhan anak di posyandu merupakan cara pencegahan stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Pemerintah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara mengeklaim angka kasus stunting atau gagal pertumbuhan pada anak-anak di daerah setempat terus mengalami penurunan setiap tahun. Penurunannya terjadi karena upaya maksimal yang dilakukan dengan memberikan kesadaran kepada ibu hamil melalui pusat kesehatan masyarakat.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Nunukan, Sabaruddin melalui Kepala Seksi Gizi, Selamat di Nunukan, Senin (6/7) menyebutkan, secara keseluruhan angka kasus stunting terus mengalami penurunan dengan berbasis puskesmas. Dijelaskan, pemerintah telah menetapkan standar bagi kabupaten/kota yang bermasalah terkait kasus stunting apabila masih berada di atas 20 persen. Sementara Kabupaten Nunukan kasus gizi buruk ini berada pada 26 persen per 2019. Pada 2018, kasus stunting di daerah itu sebanyak 27 persen dan 2017 pada kisaran 28 persen.

Baca Juga

Hanya saja situasi ini sangat menggembirakan karena persentase terus menurun setiap tahun dari 9.166 kunjungan berdasarkan data dari 16 puskesmas di Kabupaten Nunukan. Kasus stunting ini terjadi disebabkan oleh banyak faktor, tetapi ada dua indikator yang dijadikan acuan oleh Pemerintah yakni konsumsi dan infeksi.

Sementara aspek letak geografis juga masuk salah satu penyebab yang diketahui berdampak pada kesulitan mendapatkan asupan bergizi bagi ibu hamil. Berdasarkan data cakupan balita stunting pada 2019, Selamat mengutarakan, persentase tertinggi pada Puskesmas Sanur Kecamatan Tulin Onsoi (52 persen) dari 107 balita, Puskesmas Binter Kecamatan Lumbis Ogong (50 persen) dari 395 anak dan Puskesmas Tanjung Harapan Kecamatan Sembakung Atulai (49 persen) dari 71 balita.

 

Ketiga puskesmas ini berada pada wilayah yang sangat terpencil, dimana diperkirakan dipengaruhi oleh kurangnya asupan gizi bagi ibu hamil dan anak sejak lahir sehingga tingkat gizi buruk sangat tinggi. Selamat menambahkan, faktor lain yang menyebabkan terjadi stunting di Kabupaten Nunukan adalah kurangnya perhatian ibu terhadap kebutuhan gizi bagi anak-anaknya karena kesibukan bekerja.

Ia mengatakan, tingginya kasus gizi buruk bagi balita di daerahnya dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga Kabupaten Nunukan tepat menjadi lokus di Indonesia. Tindakan yang dilakukan Pemkab Nunukan selama ini guna mengantisipasi kasus stunting adalah memberikan asupan setiap ibu hamil dan anak bafu lahir hingga berusia 1.000 hari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement