Jumat 03 Jul 2020 11:40 WIB

Panglima TNI Evaluasi Insiden Gugurnya Pelda Anumerta Rama

Evaluasi dilakukan agar kejadian yang menimpa Satgas Kizi TNI tidak terjadi lagi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Warga melintas di depan papan bunga ucapan berduka cita yang berjejer di depan tempat tinggal Serma Rama Wahyudi di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020). Serma Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI yang gugur akibat penyerangan patroli misi perdamaian PBB di Kongo. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Rony Muharrman
Warga melintas di depan papan bunga ucapan berduka cita yang berjejer di depan tempat tinggal Serma Rama Wahyudi di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020). Serma Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI yang gugur akibat penyerangan patroli misi perdamaian PBB di Kongo. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, akan mengevaluasi kejadian yang menimpa rombongan Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco yang bertugas di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika. Itu dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terjadi ke depannya.

"Tentunya evaluasi yang kita laksanakan evaluasi taktis di lapangan supaya tidak terjadi kejadian serupa," ujar Hadi di Skuadron Udara 17, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (3/7).

Baca Juga

Hadi menjelaskan, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) juga sudah tentu melaksanakan investigasi atas kejadian tersebut. Dengan adanya evaluasi dan investigasi itu, maka ia berharap pelaksanaan misi di lapangan ke depan akan aman.

"Sehingga apa yang kita inginkan kegiatan di sana scara taktis di lapangan semuanya aman karena kita mengikuti prosedur yang ada berdasarkan kajian atas kejadian tersebut," jelas dia.

Kejadian penyerangan tersebut membuat salah seorang anggota TNI, Pelda Anumerta Rama Wahyudi, gugur. Ketika itu, perlengkapan pribadinya diambil oleh milisi yang melakukan penyerangan.

"Serma Rama Wahyudi sudah tidak sadarkan diri kemudian milisi merampok seluruh perlengkapan perorangan mulai dari senjatanya kemudian vest jaket, helm. Pengamanannya diambil semuanya oleh milisi," ujar Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Mayjen Victor Hasudungan Simatupang, dalam konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (26/6).

Victor menjelaskan, kejadian tersebut berawal ketika Serma Rama sebagai komandan tim melakukan tugas pergeseran pasukan dan dukungan logistik di wilayah Halulu, Kongo. Perjalanan dimulai sekira pukul 08.10 waktu setempat dan tiba di tempat tujuan dalam keadaan aman.

Ada 12 anggota TNI yang mendukung tugas tersebut dan dua orang prajurit dari Malawi. Sekitar pukul 13.00 waktu setempat, rombongan tersebut sudah tiba di Halulu untuk melaksanakan perbaikan-perbaikan. Pukul 16.00 waktu setempat, mereka kembali ke Mavivi, Kongo.

"(Dalam perjalanan) mereka ditembus oleh milisi dari Uganda yang masuk ke wilayah Kongo. Anggota kita diserang mengakibatkan Serma Rama mengalami luka tembak di dada dan perut," jelas Victor.

Saat penembakan terjadi, prajurit yang ada di rombongan tersebut melarikan diri dengan turun dari kendaraan dan berlindung ke roda truk. Mereka merayap menuju ke belakang APC pengawal bersama-sama dengan dua personel tentara Malawi.

"Tentara Malawi bisa menggunakan bahasa lokal dan membuka APC. Kalau mereka menggunakan bahasa Inggris kemungkinan tidak dibuka. Jadi APC berhasil dibuka, masuk ke dalamnya. Setelah itu dihitung jumlahnya, tahu-tahu masih ada ketinggalan Serma Rama Wahyudi," kata dia.

Saat itu, anggota TNI yang berada di dalam APC berteriak untuk meminta komandan timnya tersebut dijemput. Serma Rama tidak dapat melarikan diri karena sudah terkena luka tembak akibat serangan tersebut. Namun, dalam waktu 10 menit, Serma Rama sudah tidak sadarkan diri.

photo
TNI melakukan realokasi anggaran sebesar Rp 196,8 miliar untuk membantu penanganan virus Covid-19 atau corona. - (Pusat Data Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement