REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski jumlah orang yang positif terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) kini mencapai lebih dari 1.000 orang per hari, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengklaim angka positivity rate corona, yakni rasio antara jumlah orang yang mendapat hasil positif lewat tes dengan total jumlah tes, lebih rendah. Sebab, jumlah orang yang diperiksa untuk deteksi virus ini juga meningkat.
Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengutip data positivity rate di Indonesia sebesar 13 persen saat pertengahan Mei 2020. Saat itu, pihaknya mencatat sebanyak 3.448 orang positif Covid-19 selama satu pekan atau artinya per hari sekitar 400-500 orang positif. Saat itu, dia melanjutkan, orang yang diperiksa menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) sebanyak 26 ribu orang dan 3.448 diantaranya positif maka positivity ratenya sekitar 13 persen.
"Sementara sekarang kita lihat di pekan terakhir sampai 28 Juni 2020, kita sama-sama tahu kasus positif tinggi diatas 1.000 orang per hari atau ada 8.227 kasus positif per pekan yang artinya kasus positif per hari bisa diatas 1.000 orang. Tetapi orang yang diperiksa PCR per hari mencapai 55 ribu orang, jadi kalau 8.227 orang positif Covid-19 dibagi 55 ribu maka positivity ratenya 12 persen atau jauh lebih rendah," ujarnya saat konferensi virtual bertema Covid-19 Dalam Angka, Rabu (1/7).
Ketika positivity ratenya turun, dia melanjutkan, artinya kecepatan penularan lebih lambat dibandingkan sebelumnya. Selain itu, ia menyebutkan jumlah tes PCR yang pihaknya lakukan kini meningkat karena ingin memeriksa orang tanpa gejala (OTG) yang minim gejala dan hasilnya orang yang terinfeksi virus lebih rendah. Ia mengklaim angka positifnya jauh lebih rendah karena orang yang diperiksa lebih banyak.
"Jadi jangan melihat sesuatu dari angka bulatnya (kasus positif total saja per hari)," katanya.