REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi waktu dua pekan bagi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan jajarannya untuk menekan angka kasus Covid-19. Pesan ini disampaikan dalam kunjungan kerjanya yang pertama di tengah new normal pada Kamis (25/6) di Surabaya, Jawa Timur.
Jokowi mengingatkan, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan angka kasus Covid-19 yang tertinggi di Indonesia. Bahkan, pada Rabu (24/6) Jawa Timur kembali menduduki posisi pertama sebagai provinsi dengan angka penambahan kasus terbanyak, yakni 183 orang. Kendati tingkat kesembuhan di Jawa Timur terbilang tinggi atau 31 persen, Presiden Jokowi tidak mau hal ini menghilangkan kewaspadaan untuk menekan penularan.
"Saya minta dalam waktu 2 minggu pengendaliannya betul-betul kita lakukan bersama-sama dan terintegrasi. Dari semua unit organisasi yang kita miliki di sini. Baik itu di gugus tugas, baik di provinsi, baik itu di kota dan di kabupaten, seterusnya lakukan manajemen krisis untuk menurunkan angka positif tadi," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya di Gedung Grahadi, Surabaya, Kamis (25/6).
Jokowi menekankan pentingnya koordinasi antarlembaga dan manajemen krisis yang baik dalam penanganan Covid-19. Presiden pun menyarankan agar penanganan Covid-19 dipersempit dengan fokus per wilayah, misalnya Surabaya Raya, Gresik, dan Sidoarjo sebagai manajemen tunggal.
"Saya melihat memang yang tertinggi adalah di Surabaya Raya. Ini adalah wilayah aglomerasi. Yang harus dijaga terlebih dulu, dikendalikan terlebih dulu. Ndak bisa Surabaya sendiri, ndak bisa Gresik, harus dalam satu manajemen. Sidoarjo harus dalam satu manajemen, dan kota/kabupaten yang lain," katanya.
Di samping itu, arus masuk-keluar masyarakat antarwilayah di Jawa Timur harus diawasi agar penularan bisa ditekan. Per Rabu (24/6), Jawa Timur menyumbangkan penambahan kasus harian tertinggi nasional sebanyak 183 orang. Angka kumulatif kasus positif di Jawa Timur sampai hari ini sebanyak 10.298 orang. Sementara itu, untuk DKI Jakarta, kendati jumlah kasusnya masih lebih banyak dari Jatim dengan 10.404 orang, penambahan kasus pada 24 jam terakhir tidak setinggi Surabaya, yakni 157 orang.