REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, menunggu kronologi kejadian sebenarnya yang menyebabkan prajuritnya gugur di Republik Demokratik Kongo. Menurut dia, TNI AD hanya menyiapkan personel sedangkan untuk penugasan dilakukan oleh Mabes TNI.
"Memang prajurit-prajurit kami, yang jelas kami akan mengevaluasi dan kami ingin mendapat kronologi yang sebenarnya sehingga kita bisa evaluasi apa yang sebenarnya," ungkap Andika saat melakukan Coffee Morning di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Rabu (24/6).
Menurutnya, Mabes TNI AD hanya menyiapkan personel untuk bertugas pada misi perdamaian PBB, sementara untuk penugasannya dilakukan oleh Mabes TNI AD. Karena itu, pengurusan santunan terhadap almarhum dilakukan oleh Mabes TNI.
Meski begitu, dia mengaku, TNI AD telah berhubungan dengan keluarga almarhum untuk membantu pemberian santunan kepada mereka. "Kami juga proaktif. Artinya kita sudah berhubungan dengan keluarga dengan satuannya. Kita menyiapkan semaksimal mungkin," jelas dia.
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas gugurnya Serma Rama Wahyudi pada Selasa (23/6). Almarhum adalah salah satu putra bangsa yang ditugaskan pada misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo (MONUSCO).
"Penghargaan setinggi-tingginya kepada Alm. Serma Rama Wahyudi atas pengabdiannya dalam menjaga perdamaian dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan ketabahan," ujar Menlu Retno dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI, Rabu (24/6) pagi.
Berdasarkan laporan yang diterima dari MONUSCO, sejauh ini terdapat dua korban personel Indonesia dari pertempuran bersenjata di wilayah Kongo tersebut. Serma Rama Wahyudi dinyatakan meninggal dunia, sementara korban lainnya Prt M Syafii Makbul masih dalam perawatan intensif.
"DK PBB telah mengutuk keras serangan kepada MONUSCO dan meminta otoritas Kongo untuk melakukan investigasi dan membawa pelakunya ke meja pengadilan," ujar Menlu Retno.
Indonesia, sebagai kontributor personel misi perdamaian PBB terbesar ke-8 di dunia, senantiasa aktif menyerukan perlunya peningkatan keamanan dan keselamatan personel misi perdamaian PBB pada forum–forum PBB. MONUSCO adalah misi pemelihara perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo dan merupakan misi PBB terbesar ke-2 di dunia. Saat ini terdapat 1.047 orang personel dari Indonesia yang ditugaskan di sana.