Rabu 17 Jun 2020 00:18 WIB

Tragedi Jatuhnya Si Gagak Hitam

Pesawat Hawk bermesin tunggal tersebut kehilangan tenaga sebelum jatuh.

Asap membubung dari pesawat milik TNI AU yang jatuh dan terbakar di daerah permukiman penduduk di Desa Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Senin (15/6/2020). Pihak TNI AU menyatakan pesawat tempur jenis BAE Hawk 209 dengan nomor registrasi TT-0209 tersebut jatuh menimpa rumah warga, namun tidak ada korban jiwa dan pilot pesawat atas nama Lettu Pnb Apriyanto Ismail berhasil keluar dengan kursi pelontar
Foto:

Skadron Udara 12, menjadi kakak tertua setelah berdiri sejak 1983 silam. Skadron Udara 12 diperkuat dengan jet tempur Hawk 100/200 Black Panther buatan British Aerospace, persis sama dengan Skadron Udara 1 yang berbasis di Pontianak.

Pada 2014, Lanud Roesmin Nurjadin makin digdaya untuk menjaga langit Indonesia dengan diresmikannya Skadron Udara 16 yang diperkuat jet tempur F16 Fighting Falcon.

Keberadaan burung besi sayap-sayap Garuda itu jelas memberikan dampak besar dalam menjaga kedaulatan bangsa dan mewujudkan poros maritim Indonesia.

Akan tetapi, kondisi Alutsista TNI AU yang semakin menua dan tidak sejalan dengan upaya regenerasi membuat insiden serupa berulang kali terjadi. Berdasarkan catatan, pesawat dengan jenis yang sama juga pernah mengalami kecelakaan serupa di Kabupaten Kampar.

Peristiwa itu terjadi delapan tahun silam, pada 16 Oktober 2012. Sebuah pesawat jenis Hawk 200 buatan British Aerospace Inggris milik TNI AU jatuh di sekitar perumahan Pandau Permai, Kabupaten Kampar, Riau sekitar pukul 09.30 WIB.

Saat itu pesawat tersebut dipiloti oleh Letnan Dua Penerbang Reza Yori Prasetyo yang sedang melakukan latihan rutin. Pilotnya berhasil selamat karena keluar menggunakan kursi lontar sebelum pesawat jatuh. Tidak ada korban jiwa pada warga karena pesawat di lahan kosong di tengah permukiman.

Presiden Jokowi pada Oktober 2019 lalu telah memerintahkan tiga tugas untuk Kementerian Pertahanan. Instruksi itu disampaikan presiden kepada Menteri Pertahanan Prabowo.

Pertama, "roadmap" harus jelas dalam pengembangan industri alat pertahanan di dalam negeri mulai dari hulu sampai hilir dengan melibatkan baik BUMN maupun swasta, sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada impor Alutsista dari luar negeri.

Kedua, harus dipastikan ada alih teknologi dari setiap pengadaan alutsista maupun program kerja sama dengan negara-negara lain. Sumber daya manusia harus terus menjadi atensi untuk diperkuat dengan orientasi "strategic partnership".

Terakhir, Presiden meminta kebijakan pengadaan alutsista betul-betul memperhitungkan dan mengantisipasi teknologi persenjataan yang berubah begitu sangat cepatnya.

Dengan dukungan anggaran terbesar dalam APBN 2020, menjadi tantangan bagi Menhan Prabowo dan Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono untuk melakukan regenerasi Alutsista dan mewujudkan Indonesia yang kembali disegani dunia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement