REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Warga Desa Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, heboh dengan adanya seekor babi hutan berkaki aneh yang ditemukan oleh Tukiran alias Bawor (53). Babi hutan itu memiliki jari-jari seperti ayam, namun berukuran besar dan panjang.
"Sekitar tiga bulan lalu, saya ditelepon oleh seorang pemburu kalau ada babi hutan aneh di daerah Karangnini, Pangandaran, warga setempat tidak ada yang berani menangkap babi tersebut," kata Tukiran saat ditemui wartawan di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Senin (15/6).
Dia pun segera berangkat ke Pangandaran. Setelah sekian lama dicari, babi hutan tersebut terlihat sedang mendekam di saluran air hingga akhirnya dapat ditangkap. Babi itu dimasukkan ke dalam keranjang untuk dibawa pulang dengan menggunakan sepeda motor butut miliknya.
Tukiran mengaku heran karena babi hutan yang bobotnya sekitar 12 kilogram itu memiliki jari-jari seperti ayam namun berukuran besar dan panjang. Selain itu, pada setiap kakinya terdapat empat jari dengan panjang yang bervariasi.
Babi hutan tersebut ditempatkan dalam sebuah kandang yang terbuat dari besi dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter di depan rumah. Babi hutan itu menarik perhatian warga untuk melihatnya secara langsung.
Menurut dia, taring babi hutan tersebut juga terlihat aneh karena menghadap ke samping, tidak seperti umumnya yang menghadap ke atas dan bawah.
"Anehnya lagi, babi hutan itu tidak mau makan makanan mentah. Saya kasih pepaya dan singkong mentah enggak mau. Kalau pepaya yang matang harus dikupas dulu, padahal babi-babi lainnya mau dikasih pepaya mentah atau singkong," kata Tukiran yang memiliki beberapa ekor babi hutan untuk diperjualbelikan.
Bahkan, kata dia, babi hutan itu setiap pagi diberi makan nasi hangat dan rica-rica celeng (babi hutan) dan minumnya berupa air kopi atau air teh karena tidak mau minum air putih. Selama 10 tahun menjadi pemburu babi hutan, dia mengaku baru kali ini mendapatkan celeng berkaki aneh seperti itu.
"Rencananya babi hutan ini akan saya pelihara, tidak akan saya lepas di hutan karena khawatir dibunuh oleh pemburu yang lain," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Pekuncen Karso mengatakan kelainan fisik pada babi hutan tersebut merupakan hal yang wajar. "Orang saja bisa ada yang cacat dan wajar jika ada babi yang juga cacat. Kami mengira awalnya biasa saja, tidak menyangka jadi ramai sejak dua hari terakhir," katanya.