Senin 08 Jun 2020 18:09 WIB

Survei: Pandemi Covid-19 Jadi Panggung Politik Kepala Daerah

Indikator Politik Indonesia menggelar survei selama pandemi Covid-19.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo (tengah) berbincang dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri). (ilustrasi)
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo (tengah) berbincang dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia (IPI) melakukan survei terkait penanganan Covid-19 dan implikasinya terhadap beberapa sektor, termasuk politik. Pandemi Covid-19 ini disebut bisa menjadi panggung mendongkrak popularitas dan elektabilitas para kepala daerah.

Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi menyoroti selama dua bulan terakhir di mana penanggulangan Covid-19 bergeser dari pusat ke daerah. "Itu memberikan kesempatan pada kepala daerah yang pintar memanfaatkan panggung setidaknya menjaga popularitas dan elektabilitasnya," ujarnya pada Republika, Senin (8/6).

Baca Juga

Dalam hasil survei yang dilakukan IPI, ada empat kepala daerah yang berada dalam posisi tujuh tertinggi dalam hal pilihan politik dari 14 nama yang disurvei. Mereka adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Ganjar menempati posisi kedua di bawah tokoh lama, Prabowo Subianto. Posisi Ganjar diikuti oleh Anies dan Ridwan Kamil pada posisi ketiga dan keempat. Sedangkan, Khofifah ada pada posisi ketujuh.

Meski demikian, setelah Covid-19, dari empat nama kepala daerah tersebut, hanya dua di antaranya mengalami kenaikan. Sedangkan dua di antaranya justru menurun. Kenaikan dan penurunan ini dibandingkan dengan survei serupa yang digelar IPI sebelum pandemi, yakni Februari 2020.

"Khofifah itu turun, Anies juga turun. Yang naik dua nama itu Ridwan Kamil dan Ganjar naik sedikit," papar Burhanuddin.

Ganjar naik dari 9,8 menjadi 11,8 persen. Anies yang daerahnya menjadi episentrum pandemi popularitasnya menurun dari 12,1 menjadi 10,4 persen. Posisi Ganjar pun menyusul Anies yang pada Februari lalu lebih tinggi.

Sementara Emil naik cukup drastis dari 3,8 menjadi 7,7. Sedangkan, popularitas Khofifah yang daerahnya sempat mengalami lonjakan positif Covid-19, menurun dari 5,7 menjadi 4,3 persen.

Burhanuddin menjelaskan, kenampakkan para kepala daerah di depan publik pada masa pandemi inilah yang berperan pada popularitas politik mereka. Faktor ini pula yang membuat tokoh lain yang tak terkait Covid-19 mengalami penurunan, misalnya Prabowo, Sandiaga dan AHY.

"Karena mereka memang tidak terlalu punya posisi publik untuk berbicara masalah Covid-19," kata Burhanuddin.

Burhanuddin juga mengingatkan soal proporsi pemilih partisan. Ia mencontohkan, pendukung Anies rata rata merupakan pemilih Prabowo di Pemilu sebelumnya. Anies harus berbagi dengan pendukung Prabowo sendiri, Sandi, AHY, bahkan Gatot Nurmantyo.

Sedangkan pendukung Emil dan Ganjar berasal dari pendukung Jokowi. "Kalau boleh dibilang, basis pak Jokowi ini masih kosong. Sementara pemilih Pak Prabowo terbagi beberapa tokoh," ujar Burhanuddin.

Para pendukung kepala daerah itu juga masih berasal dari daerah yang mereka pimpin. Padahal populasi masing - masing daerah jelas berbeda. "Secara umum masih Jago Kandang," ujar Burhanuddin.

Burhanuddin pun menyimpulkan, pada intinya, Covid-19 ini membuat pertarungan 2024 menjadi lebih berimbang. Dengan ada Covid, kata dia, minimal ada lima nama yang punya kans berimbang, yakni Prabowo, Ganjar, Anies, Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.

"Jadi seharusnya pertarungannya lebih kompetitif," kata dia menegaskan.

photo
Jadwal pembukaan kegiatan sosial ekonomi saat PSBB transisi di Jakarta - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement