Senin 08 Jun 2020 17:21 WIB

Survei Pandemi Covid-19: Popularitas Prabowo Anjlok

Prabowo dinilai kehilangan panggung dalam isu Covid-19.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Prabowo Subianto
Foto: ANTARA/Muhamad Ibnu Chazar
Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia (IPI) menggelar survei terkait penanganan Covid-19 yang salah pengaruhnya berimbas pada pilihan politik. Hasil survei tersebut menyatakan bahwa popularitas Prabowo Subianto menurun drastis.

Popularitas Ketua Umum Gerindra itu berada di angka 14,1 persen. Sedangkan dalam survei yang digelar IPI pada Februari 2020 sebelum isu Covid-19, popularitas Prabowo 22,2 persen. Kendati demikian, Prabowo masih yang tertinggi dibanding 14 nama lain.

Baca Juga

Penururunan juga terjadi pada Sandiaga Uno dari 9,5 menjadi 6 persen. Lalu, Agus Harimurti Yudhoyono juga menurun dari 6,5 menjadi 4,8 persen. Kemudian, Gatot dari 2,2 persen menjadi 1,7 persen.  Kenaikan terjadi pada Kepala Daerah yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Emil naik dari 3,8 menjadi 7,7 sedangkan Ganjar dari 9,8 menjadi 11,8 persen.

"Yang membedakan elektabilitas Pak Prabowo dengan nama-nama lain karena kehilangan atau kekurangan panggung dalam isu Covid-19," ujar Direktur IPI Burhanuddin Muhtadi saat dihubungi Republika, Senin (8/6).

Burhanuddin menjelaskan, visibility atau menampakkan Prabowo di depan publik kalah dibanding kepala daerah yang memiliki kebijakan strategis langsung dalam menangani Covid-19. Penyebab yang sama ini pula yang membuat popularitas AHY, Sandiaga dan Gatot juga turun.

"Karena mereka memang tidak terlalu punya posisi publik untuk berbicara masalah Covid-19. Pak Prabowo memang Menteri Pertahanan, tapi itu bukan tupoksi Prabowo langsung untuk bicara Covid-19," kata Burhanuddin.

Meski demikian, tidak semua kepala daerah juga mengalami kenaikan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengalami penurunan popularitas.

Anies yang daerahnya menjadi episentrum pandemi popularitasnya menurun dari 12,1 menjadi 10,4 persen. Sementara, Khofifah yang daerahnya sempat mengalami lonjakan positif Covid-19 juga menurun dari 5,7 menjadi 4,3 persen.

Untuk diketahui, survei ini dilakukan tanpa tatap muka pada 16 - 18 Mei 2020. Survei ini melibatkan 1200 responden secara acak dengan metode random sampling. Survei ini memiliki toleransi kesalahan lebih kurang 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sebagai pembanding, IPI juga melakukan survei yang serupa pada 4-10 Februari 2020 pada 1200 responden acak. Metode, toleransi kesalahan dan tingkat kepercayaan sama. Namun pada saat itu survei dilakukan dengan tatap muka, sebelum Covid-19 melanda Indonesia.

photo
Protokol Kesehatan - (Republika/Kurnia Fakhrini)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement