REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Politikus PKB Marwan Jafar mengatakan new normal diharapkan merupakan hikmah untuk kebangkitan bangsa. Kebijakan pemerintah dalam menyiapkan Era The New Normal maupun Era Transisi PSBB harus dimaknai sebagai penanda skenario besar pentinya kesehatan dan roda ekonomi berjalan beriringan.
Marwan mengatakan setiap musibah akan menoreh hikmah besar bagi kemajuan mereka. "Sebab, sejarah membuktikan sebuah bangsa justru bangkit dari kondisi terpuruk, baik karena penjajahan, konflik komunal, krisis ekonomi, bencana alam maupun pandemi seperti Covid-19,” kata Marwan dalam pesan watsapp-nya kepada Republika.co.id, Jumat (5/6).
Mantan menteri Desa ini menyebut bangsa Indonesia memiliki mentalitas pejuang yang tangguh, baik di masa penjajahan, reformasi ’98. Rakyat negeri ini telah ditakdirkan menjadi bangsa yang mampu melewati krisis ekonomi dan politik secara damai.
Kini, lanjut dia, masa pandemi covid-19 mewabah, pemimpin negeri dan segenap komponen bangsa diyakini telah mengambil kebijakan tepat dan cepat untuk menghadapi pandemi global memasuki sebuah tatanan kehidupan baru atau The New Normal sebagai pijakan menuju kebangkitan di waktu mendatang.
Marwan mengatakan Era The New Normal harus terus disosialisasikan. Pelaksanaannya secara disiplin ketat. Sehingga tercipta landasan pacu yang kokoh menuju kebangkitan bangsa.
“Proses penyadaran ini penting sebagai landasan spiritualitas bahwa pandemi covid-19 harus dihadapi dengan optimistis sebagai kenyataan, bukan pasrah dengan keadaan,” ungkap dia.
Dipaparkan Marwan, Begitu banyak tokoh pergerakan yang menginspirasi proses kebangkitan bangsa, antara lain KH. Hasyim Asy’ari. Pendiri NU ini berhasil menggerakkan kaum Nahdliyyin dan bangsa ini dengan penggunaan diksi "Nahdlah” atau Kebangkitan sebagai proses bahwa sekali bangkit maka bangkit untuk selamanya dan tidak akan surut lagi.
"Di Era The New Normal ini hendaknya jadi momentum untuk mendorong pemerintah untuk memfokuskan kebijakan jangka pendeknya, yakni pada aspek kesehatan masyarakat serta pemenuhan sarpras kesehatan dan SDM dokter maupun tenaga medis, sembari meminimalkan dampak secara ekonomi bagi masyarakat sekaligus", papar Marwan.
Hal ini menjadi model pendekatan khas bangsa kita, yaitu double gardan. Di satu sisi pendisiplinan protokol kesehatan di semua aspek dan bersamaan itu pula perlu meningkatkan daya beli masyarakat.
Pemerintah, kata Marwan juga perlu melakukan akselerasi kebijakan sektor-sektor usaha dan industri secara lebih luas. Baik berskala besar, menengah dan kecil. Dengan kebijakan ini, maka trend perlambatan ekonomi domestik bisa ditekan sekaligus merecovery ekonomi nasional.
“Ada sejumlah sektor ekonomi yang tidak terlalu terdampak covid-19, seperti sektor yang saya sebut sebagai ruralisasi, baik pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, juga sektor industri seperti sektor kesehatan, farmasi, minyak dan gas bumi, makanan, telekomunikasi dan logistik. “Ini yang perlu didorong untuk segera bangkit sehingga dapat menekan angka pengangguran", katanya.
Tak kalah penting, lanjutnya, perlunya mendorong kebijakan akselerasi reformasi birokrasi yang diisi oleh SDM yang memiliki komitmen, integritas dan jiwa "perang" yang pro perubahan dan pro rakyat dan berbasis teknologi informasi digital.
Birokrasi berbasis NPM atau New Public Management yang telah dirintis pemerintah perlu, kata Marwan, perlu didorong untuk peningkatan pelayanan publik. Hal ini akan mengarah pada pelayanan semua aspek berbasis Digital Weberianism Bureaucracy (DWB). Dalam konteks ini, berbagai rupa files, dokumen, dan arsip terkait regulasi dan prosedur administrasi telah menjadi usang, dan diubah ke dalam bentuk digital.