REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para aktivis sosial mengaku sangat sedih dan terpukul melihat peristiwa yang terjadi di Intan Jaya Papua. Menurut Koordinator Lentera Huma Berhati yang merupakan organisasi para aktivis sosial, Khairul Anam, kejadian tersebut sangat menyesakkan dada. Karena, para "pahlawan" garda terdepan percepatan Penangangan Covid-19 menjadi korban kekejaman kelompok yang disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Setidaknya, 2 korban adalah Tim Medis yang tergabung gugus depan Intan Jaya saat menjalankan tugas di wilayah Distrik Wandai, Jumat (22/5). Keduanya, dianiaya dan ditembak oleh KKB.
"Sungguh menyesakkan dada. Kenapa sedemikian keji dan tidak punya hati nurani mereka yang membordir peluru saudara-saudaranya sendiri? Kemana rasa kemanusiaan itu? Kami berharap, pelakunya ditindak tegas," ujar Khairul dalam siaran persnya, Kamis (28/5).
Menurut Khairul, apapun alasannya, kekejaman ini sudah merendahkan martabat kemanusiaan yang sebenarnya mereka sedang berjuang untuk keselamatan Papua. Selain itu, jelas sudah bahwa apa yang disebut KKB hakikatnya adalah gerombolan separatis. Jika alasan mereka ingin memisahkan diri dari NKRI adalah soal ketidakadilan sosial dan pelanggaran HAM yang dilakukan TNI, maka itu bualan belaka.
"Mereka menabuh genderang perang dan menistakan orang-orang yang berjuang untuk kemajuan Papua dengan membabi buta menganiaya dan menyerang orang-orang tak bersalah," katanya.
Khairul menilai, pemerintahan Presiden Jokowi tengah berupaya keras membangun Indonesia sentris, membangun dari daerah, membangun dari pinggiran. Pembangunan dan kebijakan yang pro rakyat Papua seharusnya membukakan hati mereka untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah mereka.
Aksi pembantaian yang membabi buta KKB ini, kata dia, seolah-olah menunjukkan mereka anti kemajuan dan anti kemanusiaan. Karena, dalam satu dekade terkahir, ada beberapa insiden serupa yang terjadi dan mengakibatkan korban jiwa dari kalangan pekerja bahkan warga Papua sendiri menjadi korban kekerasan.
Terhitung dari 2009, kata dia, sudah berapa banyak korban akibat aksi pembantaian terhadap pekerja saat membangun fasilitas Papua, penembakan di lingkungan PT Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua sampai kasus terakhir entah berapa banyak korban yang berjatuhan.
Belum lagi insiden di Papua sering pula memakan korban dari pihak aparat keamanan, baik dari TNI maupun Polri. Memungkinkan masih banyak catatan kelam yang menewaskan korban jiwa yang belum terungkap.
"Papua adalah mutiara Indonesia yang harus dipertahankan sampai kapan pun. Namun kekerasan-kekerasan yang dilakukan KKB tidak bisa ditolerir dan tidak bisa dimaafkan," katanya.
Khairul mengatakan, tujuan KKB sudah jelas untuk memisahkan diri dari NKRI yang sudah terorganiasasikan sebagai aksi militer. Dapat dikategorikan pemberontakan bersenjata dan memenuhi syarat disebut sebagai kombatan yang harus ditumpas secara militer.