REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Febrianto Adi Saputro
Jakarta menjadi lengang di kala Hari Raya Idul Fitri bukanlah hal baru. Lalu bagaimana jika kondisi tersebut terjadi di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini? Seperti apakah suasana lebaran di Jakarta di saat terjadi pandemi?
Sebenarnya bukan hal baru pula bagi saya menyusuri jalanan ibu kota ketika lebaran. Setidaknya kebiasaan itu sudah saya lakukan tiga tahun terakhir. Saya mulai berangkat dari Depok Ahad (24/5) pagi sekitar pukul 05.30 WIB. Motor matik yang menjadi kendaraan saya sehari-hari untuk liputan saya arahkan menuju Jalan Raya Lenteng Agung. Mumpung masih pagi, beberapa kali saya menepi untuk mengabadikan semburat fajar dari arah timur.
Perjalanan kemudian saya lanjutkan menuju Jalan Mampang Prapapatan Raya hingga Jalan H Rasuna Said. Tidak sedikit selama di perjalanan saya berpapasan dengan petugas kebersihan yang tengah menyapu jalanan. Tidak hanya petugas kebersihan yang masih bekerja, petugas keamanan di beberapa kantor kementerian dan kedutaan besar di sepanjang Jalan Mampang Prapatan hingga Rasuna Said juga tetap bersiaga meskipun di tengah hari raya.
Beberapa masjid yang saya temui di jalan Warung Buncit Raya hingga Mampang Prapatan Raya terlihat tidak menggelar shalat Id. Bahkan ketika saya melewati Masjid Assalafiyah sekitar pukul 06.00 WIB terlihat pintu pagar masjid masih tertutup. Terlihat juga seorang petugas kepolisian berjaga di sekitar masjid. Kendati demikian kumandang takbir tetap bergema dari pengeras suara masjid.
Singkatnya, saya tiba di Masjid Istiqlal Jakarta tidak sampai satu jam. Biasanya butuh waktu satu jam hingga 90 menit untuk bisa sampai di Istiqlal dari Depok menggunakan motor.
Masjid Istiqlal yang tiap lebaran selalu ramai dikunjungi kini tampak sepi. Selain karena masih dalam proses pemugaran, pengurus memutuskan untuk tidak menggelar shalat Id lantaran untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Di depan pintu masuk Masjid Istiqlal seberang Stasiun Juanda juga sudah tampak dipenuhi penjual makanan sejak pagi. Orang-orang yang tidak bisa masuk ke dalam Istiqlal juga terlihat berfoto di depan gerbang Masjid Istiqlal.
Kemudian perjalanan saya lanjutkan menuju Jalan Gajah Mada. Sejumlah pertokoan juga terlihat masih tutup. Para pengguna sepeda dan komunitas sepeda lipat memanfaatkan lengangnya Jakarta untuk berolahraga. Bahkan di sekitaran Kota Tua sekumpulan 'anak motor' tampak tengah asyik berfoto di depan Toko Merah, Kota Tua, Jakarta.
Perjalanan saya lanjutkan menuju Jalan Bandengan Selatan, Jakarta Utara. Sejumlah orang terpantau tengah bersiap menuju masjid untuk melaksanakan ibadah sholat Id di Masjid Jami Kampung Baru, Bandengan Selatan. Berdasarkan pantauan saya, sejumlah jemaah tampak duduk berdekatan seolah seperti tidak dalam keadaan pandemi.
Lantaran merasa perjalanan yang saya lalui cukup jauh, saya pun memutuskan memutar balik dan bergerak menuju daerah Tambora. Daerah pasar yang biasanya terlihat padat juga terpantau sepi. Hanya ada beberapa pemuda dan pria paruh baya yang tengah bersiap menuju masjid untuk shalat Id.
Sepeda motor kemudian saya pacu menuju arah Monas. Sekumpulan orang-orang yang bersepeda kerap saya temui di sepanjang Jalan Merdeka Barat. Kebanyakan dari mereka mengayuh sepedanya ke arah Bundaran HI. Sesampainya di Bundaran HI, saya melihat sekelompok orang tengah asyik berfoto dengan latar Patung Selamat Datang.
Berbeda dengan lebaran tahun lalu, pada tahun ini jagat dunia maya tidak diramaikan dengan kemunculan foto-foto unik masyarakat yang memanfatkan lengangnya Bundaran HI dengan tema-tema unik. Tidak ada lagi orang yang berfoto selonjoran di zebra cross, dan berpose seolah tengah camping di tengah gunung atau bekera seperti layaknya di kantor dengan latar Patung Selamat Datang. Pandemi telah mengubah kebiasaan yang dilakukan masyarakat pada tahun-tahun sebelumnya.
Hari beranjak siang, saya pun memutuskan untuk kembali ke arah Depok melalui jalan yang sama ketika saya berangkat tadi. Pemandangan orang-orang yang berboncengan tanpa menggunakan helm, satu persatu mulai saya temui di jalan raya. Tidak hanya itu, terlihat juga orang-orang juga tampak bersalaman seperti biasa ketika berpapasan satu sama lain.
Sekitar pukul 08.30 WIB saya pun tiba di rumah. Kebiasaan halal bihalal yang biasa dilakukan usai shalat Id sejak saya kecil tidak saya temukan kali ini. Sejumlah tetangga juga terlihat menutup rapat pintu rumah.
Biasanya, suasana silaturahim di rumah tetangga yang dikunjungi oleh para keluargannya menjadi pemandangan biasa di kala lebaran. Kini gang di rumah tampak sepi, tidak ada mobil-mobil yang terparkir seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya.