Ahad 24 May 2020 13:21 WIB

Keraton Kasepuhan Cirebon Tiadakan Sejumlah Tradisi

Tradisi penabuhan gamelan sekaten di siti inggil setelah Shalat Idul Fitri ditiadakan

Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat
Foto: Republika/Fuji E Permana
Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON - Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, pada Hari Raya Idul Fitri 1441 H, meniadakan sejumlah tradisi seperti penabuhan gamelan "sekaten", Shalat Id dan juga grebeg syawalkarena imbas dari perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Tradisi penabuhan gamelan sekaten di siti inggil setelah Shalat Idul Fitri ditiadakan," kata Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat belum lama ini.

Sultan Arief menuturkan ditiadakannya beberapa tradisi Keraton Kasepuhan Cirebon pada saat hari Raya Idul Fitri itu, dikarenakan Kota Cirebon memperpanjang PSBB.

Tidak hanya penabuhan gamelan sekaten yang ditiadakan, akan tetapi Shalat Idul Fitri di Masjid Agung Sang Cipta Rasa serta langgar agung juga tidak ada.

"Kami juga meniadakan buka pintu (open house) grebeg syawaldan ziarah ke Astana Gunung Jati diundur bulan Juni," ujarnya.

Selain meniadakan tradisi, Keraton Kasepuhan Cirebon juga masih menutup beberapa obyek wisata yang masih bersangkutan hingga 31 Mei 2020. Semua yang dilakukan tersebut kata Sultan Arief, merupakan upaya pencegahan penularan Covid-19 yang saat ini masih terus meningkat.

"Obyek wisata ziarah, religius, budaya Keraton Kasepuhan, Astana Gunung Jati, Taman Goa Sunyaragi, kami perpanjang penutupannya sampai 31 Mei 2020," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement