REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati warisan budaya kolonial, Lilie Suratminto berharap Museum Taman Prasasti dikembalikan ke fungsi aslinya. Sebagai makam pada masa prakolonial dan kolonial, Museum Taman Prasasti harus dibuat sebagai tempat yang tenang dan indah.
Ia mengaku kecewa karena suasana Museum Taman Prasasti cenderung berisik. Mestinya, di sekitar taman dibangun tembok sehingga tidak terasa hiruk pikuk lingkungan di sekitarnya.
"Tidak ada tralis kiri kanan itu lagi, karena menjadi hiruk pikuk, jadi orang susah merenung," kata Lilie.
Menurut dia, dulu taman tersebut bisa menjadi tempat wisata yang tenang. Selain itu, bisa menjadi tempat yang tepat untuk merenung dan sebagai pengingat manusia yang hidup akan kematian.
Pemerintah DKI, kata Lilie, sempat berjanji akan membangun taman yang indah dan tenang. Namun, Lilie berpendapat dibangunnya tralis di sekitarnya justru menghilangkan sifat ketenangan di Museum Taman Prasasti.
Selain itu, harus dipikirkan juga soal pecahan batu nisan yang bertumpuk-tumpuk di sektiarnya. Apabila ditumpuk begitu saja, akan sulit untuk dikonstruksi ulang nantinya.
Lilie menjelaskan, banyak keluarga yang protes karena tidak bisa menemukan makam keluarganya. "Tapi yang tersisa ini mudah-mudahan bisa direvitalisasi, menurut saya lebih baik diberi tembok lah jadi betul-betul bisa tenang," kata dia.