Sabtu 23 May 2020 04:41 WIB

Alat Uji Cepat Covid-19 Karya Peneliti Indonesia Diluncurkan

Rencananya peluncuran RI-GHA 19 dilakukan oleh Presiden Jokowi.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Prof Sofia Mubarika Haryana (dua dari kiri).
Foto: Dok FK UGM
Prof Sofia Mubarika Haryana (dua dari kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Alat uji cepat Covid-19 atau rapid diagnostic test (RDT) dengan nama 'RI-GHA 19' karya para peneliti Indonesia siap diluncurkan pada Mei 2020 ini.

"Selain biayanya yang murah, rapid diagnostic test ini memiliki kelebihan dapat mendeteksi cepat lima-10 menit, mudah, praktis, sensitifitas yang tinggi serta sangat spesifik," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Sofia Mubarika Haryana di Kota Yogyakarta, Jumat (22/5).

Rencananya peluncuran alat uji cepat Covid-19 karya anak bangsa ini akan dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Sofia Mubarika yang biasa disapa Prof Rika, memimpin inovasi RDT Covid-19 yang dinisiasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mendeteksi IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan Covid-19.

Prof Rika mengatakan, dari keseluruhan produksi RDT dengan jumlah terbatas 10 ribu tes ini, sebanyak 4.000 tes akan dilakukan uji validasi untuk mengetahui tingkat akurasinya di masyarakat.

Uji validasi akan dilakukan di RSUP dr Sardjito, Rumah Sakit Akademik UGM, RSUD Jogja, RSUP dr Kariadi Semarang, dan RSUD dr Moewardi Solo, serta RSUD dr Soetomo, dan RS Unair.

Rapid diagnostic non-PCR ini, kata dia, selain dapat digunakan untuk pemindaian, juga digunakan untuk memonitor orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), atau post infeksi. "Mudah-mudahan hasil uji validitas bagus dan akurasinya tinggi, sehingga dapat digunakan untuk massive screening di masyarakat," kata Prof Rika.

Sebelumnya, BPPT mengundang dan mengajak beberapa peneliti Indonesia, termasuk Rika, untuk bergabung melakukan riset penanganan Covid-19. "Kebetulan penelitian saya sebelumnya adalah mengenai virus yang terkait dengan kanker, yaitu Epstein-Barr Virus (EBV). Saya juga mempelajari bidang imunologi dan biologi molekular, sehingga saya bersedia bergabung," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement