REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Permusyawaratan (MPR) RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta berbagai pihak tak menyalahkan siapa pun atas kekurangan yang terjadi dalam penyelenggaraan konser amal virtual beberapa waktu lalu. Apalagi, sampai menarik-narik Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau menyalahkan seniman dan para pekerja seni yang sudah ikhlas turut terlibat menyukseskan acara.
"Jika ada yang patut disalahkan, sayalah orangnya. Sepenuhnya tanggung jawab saya. Penyelenggaraan konser tersebut tak lain adalah untuk membantu para seniman dan pekerja seni serta kelompok masyarakat lain seperti peternak, nelayan dan petani yang terdampak pandemi Covid-19," ujar Bamsoet dalam siaran persnya, Jumat (22/5).
Politikus Partai Golkar itu juga melaporkan total donasi yang terkumpul per 22 Mei 2020. Melalui kitabisa.com, terkumpul Rp 4.243.310.050 dari target Rp 5 miliar. Sedangkan dari benihbaik.com terkumpul Rp 234.953.584. Seluruhnya diserahkan untuk membantu seniman, pekerja seni, pekerja panggung, dan saudara-saudara lainnya yang terdampak pandemi Covid-19, melalui Yayasan Generasi Lintas Budaya.
"Partisipasi masyarakat untuk berdonasi sangat luar biasa. Bahkan ada anak kecil yang ikhlas memecahkan celengannya. Sebagai informasi, tingkat partisipasi publik di kitabisacom melampaui 1.300 orang, sedangkan di benihbaik.com mencapai 350 orang. Ini menunjukan semangat gotong royong yang diwariskan para pendiri bangsa, tak pernah padam," tutur Bamsoet.
Sementara, terkait kasus lelang motor Gesits milik Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bamsoet mengaku, mendengar ada yang diperiksa di Polda Kalteng dan Polda Jambi. Ia pun memohon agar Polda Kalimantan Tengah melepaskan seorang ibu penyebar hoaks terkait konser virtual dan Polda Jambi yang memeriksa M. Nuh pemenang lelang yang ternyata hanya prank.
"Kita ambil hikmahnya saja atas semua kejadian ini. Tanpa M.Nuh, bisa jadi harga lelang motor tak akan naik tinggi. Tanpa gorengan, kecaman dan plesetan dari berbagai pihak, sampai-sampai presiden yang tidak tahu apa-apa terkait pelaksanaan konser malah ditarik-tarik, tidak mungkin rating konser ini meroket tinggi. Bahkan menjadi trending topik dalam beberapa hari setelah konser usai," papar Bamsoet.
Selain menghaturkan terima kasih kepada masyarakat yang telah memberikan dukungan, Bamsoet juga memberikan penghargaan sekaligus berharap agar amanat Presiden Jokowi dan Presiden kelima Megawati Soekarnoputri yang disampaikan secara virtual di awal konser, serta doa kebangsaan Wakil Presiden Maruf Amin dapat terwujud.
“Semoga Indonesia sebagai bangsa yang besar, dapat tetap tabah dan bersatu dalam melawan Corona serta diberi kesabaran dan keselamatan oleh Allah SWT,” mohon Bamsoet.
Ketua Panitia penyelenggara konser, Olivia Zalianty, mengungkapkan lelang motor listrik Gesits milik Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Mei 2020 berjalan lancar. Warga antusias saling berlomba melemparkan penawaran agar bisa memiliki motor dengan tanda tangan Presiden Jokowi yang akan menjadi kenangan dan koleksi pribadi seumur hidupnya. Bahkan seorang warga asal Jambi, M. Nuh, sampai ngebit di angka Rp 2,55 miliar.
Olivia melanjutkan, setelah acara selesai, panitia menghubungi M. Nuh. Singkat cerita beliau menyatakan tak sanggup membayar alias mundur. Sesuai prosedur lelang yang berlaku di berbagai tempat, jika pemenang lelang mundur maka panitia akan menghubungi pemenang kedua dan seterusnya untuk menawarkan apakah ada yang mau mengambil barang yang dilelang dengan harga sesuai yang dimenangkan oleh peserta lelang.
"Pak Warren Tanoesoedibjo menyatakan kesanggupannya membeli Gesits di harga Rp 2,55 miliar. Sehingga beliau secara resmi menjadi pemenang lelang," jelas Olivia.
Olivia juga mengklarifikasi sejumlah hal yang berkembang di media sosial terkait penyelenggaraan konser amal virtual tersebut. Salah satunya ada yang menggoreng sedemikian rupa seolah-olah acara tersebut sebuah konser dengan panggung besar dan penonton ribuan serta dihadiri presiden secara fisik. Padahal semua berlangsung virtual dari rumah masing-masing.
"Beredar juga katanya konser ini menelan biaya Rp. 6,7 miliar. Padahal faktanya hanya menelan biaya sekitar Rp 500 jutaan. Itupun menggunakan dana gotong royong dari pribadi-pribadi yang terlibat, sama sekali tidak menggunakan uang negara," kata Olivia.