Rabu 20 May 2020 11:13 WIB

Kondisi Wisma Atlet Dikeluhkan, Brigjen Saleh Klarifikasi

WNI repatriasi dari Belanda mengeluhkan tidak ada social distancing di Wisma Atlet.

Wakil Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu, Brigjen Muhammad Saleh Mustafa.
Foto: Dok Pendam Jaya
Wakil Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu, Brigjen Muhammad Saleh Mustafa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam penanganan Covid-19, seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang baru tiba dari luar negeri harus menjalani masa karantina. Salah satu tempat yang ditunjuk untuk karantina tersebut adalah Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Belakangan ini muncul tulisan mengenai keluhan warga mengenai kondisi penanganan di Wisma Atlet, yang kemudian tersebar di media sosial (medsos) maupun media massa.

Tulisan tersebut disampaikan oleh Kunaifi, seorang kandidat doktor Universitas Twente, Belanda, yang terpaksa pulang ke Indonesia di tengah pandemi bersama istri dan dua anak karena visa dan beasiswanya yang hampir habis. Kunaifi menyampaikan kondisi saat masuk ke Gedung C2 Wisma Atlet pada Sabtu (16/5), tentang social distancing yang tidak terlaksana sama sekali. Plus adanya antrean untuk mengambil makan karena porsi makan sedikit, antrean di lift, dan kurangnya kejelasan mengenai penerapan aturan atau protokol kesehatan.

Merespon keluhan penghuni RSD Wisma Atlet, Wakil Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Brigjen Muhammad Saleh Mustafa, menjelaskan, jika Kunaifi beserta keluarganya masuk dalam rombongan gelombang pertama ke Tower 9 Wisma Atlet Pademangan, yang kondisinya baru awal dibuka. “Kami perlu jelaskan bahwa Tower 9 atau Blok C2 ini adalah wisma karantina untuk repatriasi, jadi bukan termasuk RS Darurat Wisma Atlet,” jelas Saleh dalam siaran, Rabu (20/5).

Saleh mengatakan, saat kondisi awal Tower 9 Wisma Atlet baru dibuka, memang kesiapannya belum maksimal. Saat itu kondisi gedung dan fasilitasnya belum siap 100 persen, petugas dari TNI, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) maupun dari instansi terkait pun masih sangat terbatas.

"Tower 9 baru disiapkan dua hari sebelumnya, yaitu tanggal 14 Mei 2020 atas hasil keputusan presiden pada rapat terbatas repatriasi WNI. Namun pada saat itu jumlah WNI repatriasi yang masuk jumlahnya sangat banyak, bahkan pada satu hari itu saja yang masuk mencapai lebih dari 1.000 orang,” kata Saleh yang sehari-hari menjabat kepala staf Kodam Jaya.

Menurut Saleh, Tower 9 Wisma Atlet memang menjadi salah satu tempat yang disiapkan pemerintah untuk menampung para WNI repatriasi yang baru kembali dari luar negeri, baik berstatus anak buah kapal (ABK), pekerja migran Indonesia (PMI), dan juga mahasiswa yang mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang. Belum sampai sepekan dioperasionalkan, menurut dia, saat ini setidaknya terdapat 2.158 warga yang sudah masuk dan sedang menjalani karantina di Tower 9 Wisma Atlet.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, menurut Saleh, sambil menangani warga yang sedang menjalani karantina, upaya perbaikan terus dilakukan. Untuk kondisi sekarang, sambung dia, banyak fasilitas yang secara bertahap sudah dipenuhi sehingga menunjang perbaikan sistem dan manajemen.

Dia pun mengeklaim, kondisi sekarang sudah jauh berbeda alias lebih baik. "Sejak diterima saat pendaftaran, saat pemeriksaan, menjalani masa karantina sampai sembuh dan dinyatakan bisa meninggalkan Wisma Atlet, sudah dapat berjalan dengan baik, ucap Saleh.

Atas tulisan keluhan penghuni Wisma Atlet yang viral itu, Saleh tetap menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih. Dia juga meminta kerja sama dari para WNI repatriasi yang baru masuk ke dalam Tower 9 Wisma Atlet agar dengan penuh kesadaran mematuhi aturan protokol kesehatan.

"Saya menghimbau walaupun tanpa ada tulisan atau pengawasan petugas, siapa pun sadar untuk menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menjaga kebersihan,” ucap mantan komandan Korem 132/Tadulako tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement