Rabu 20 May 2020 03:04 WIB

Aspaki Bocorkan Cara Majukan Industri Alkes Nasional

Penggunaan alkes produksi lokal baru 10 persen, 90 persen lainnya impor.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Agus raharjo
Menhan RI Prabowo Subianto menerima bantuan alkes berbagai jenis dari Dubes China untuk Indonesia, Xiao Qian di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (12/5).
Foto: Dok Biro Humas Kemenhan
Menhan RI Prabowo Subianto menerima bantuan alkes berbagai jenis dari Dubes China untuk Indonesia, Xiao Qian di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (12/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Ahyahuddin Sodri membeberkan sejumlah hal yang harus diperhatikan untuk memajukan industri alat kesehatan dalam negeri. Dia mengatakan, ketiganya diperlukan peran setiap stakeholder agar industri lokal dapat bersaing.

"Bagaimana agar industri alat kesehatan ini tumbuh ya harus terstruktur karena banyak yang terlibat dan bukan hanya dari Kemenkes saja tapi sampai kemeterian yang lain," kata Ahyahuddin Sodri dalam diskusi virtual bersama The Habibie Center, Selasa (19/5).

Ahyahuddin mengatakan, pengembangan industri alat kesehatan produksi dalam negeri juga akan melibatkan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan kementerian atau lembaga lainnya. Dia melanjutkan, diperlukan juga dukungan dari rumah sakit, dokter, perawat hingga pasien.

"Jadi dari level tertinggi sampai yang terendah itu berpengaruh sehingga makanya stakeholder itu harus saling bekerjasama," katanya.

Dia melanjutkan, perkembangan industri alat kesehatan dalam negeri juga tidak lepas dari langkah yang komprehensif. Artinya, diperlukan pengembangan industri dari hulu hingga hilir.

Menurutnya, memajukan industri tidak hanya sekadar mengembangkan industri produk jadi. Pengembangan tersebut harus dimulai dari ketersediaan bahan baku, industri yang mengolah setengah jadi, industri jadi hingga di sektor hilir adalah penggunanya.

Aspaki menilai, cara ketiga dalam mengembangkan industri alkes dalam negeri harus dilakukan secara konsisten. Ahyahuddin menuturkan, keinginan pengembangan industri tersebut tidak bisa dilakukan hanya dalam satu masa pemerintahan saja.

"Kemudian nanti di periode berikutnya berubah arahnya, maka saya tidak yakin kita bisa mengubah komposisi penggunaan alat kesehatan lokal menjadi dominan bisa terwujud," katanya.

Dia mengungkapkan, sejauh ini penggunaan alat kesehatan produksi lokal di dunia kedokteran hanya 10 persen. Dia melanjutkan bahwa 90 persen sisanya didominasi oleh penggunaan produk asing.

Ahyahuddin mengungkapkan, padahal pasar industri alat kesehatan di Indonesia terbilang besar. Dia mengatakan, jika dilihat dari strukturnya maka terdapat setidaknya 3.000 rumah sakit, sekitar 9.000 puskesmas dan terdapat ribuan klinik swasta di nusantara.

"Market alat kedokteran sangat besar. Misalnya pasar alat kesehatan di Indonesia nilainya bisa mencapai 2,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun," katanya.

Meski demikian, Aspaki mengaku tidak mudah untuk terjun dalam industri alkes. Dia meminta semua produsen alat kesehatan untuk siap mental karena standar peralatan yang digunakan sangat ketat dan melewati proses panjang di Kemenkes.

"Semua harus dites dan segala macam sehingga proses panjang. Berinovasi dibidang alat kesehatan itu panjang, jadi nggak sekarang buat dan besok bisa dipasarkan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement