Jumat 08 May 2020 19:06 WIB

BIN Sudah Monitor Alat Peretas dari China

BIN sudah mengetahui soal alat peretas dari China dan telah melakukan antisipasi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto, usai diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu (16/3).
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto, usai diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu (16/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Intelijen Negara mengatakan sudah mengetahui soal alat peretas Aria-Bodu yang dibuat oleh grup Naikon APT asal China. BIN mengungkapkan telah melakukan langkah antisipasi dalam menghadapi adanya ancaman teknologi alat peretas tersebut.

"Untuk alat kami sudah tahu dan sudah diantisipasi," ujar Juru Bicara BIN, Wawan Hari Purwanto saat dihubungi Republika.co.id melalui pesan singkat, Jumat (8/5).

Baca Juga

Wawan menjelaskan, peralatan yang digunakan untuk mengantisipasi alat peretas tersebut juga terus diperbaharui dari waktu ke waktu. Menurut Wawan, BIN sudah melakukan langkah-langkah pengamanan secara terukur terhadap kerahasiaan negara dari hal yang dia anggap sebagai hal biasa di dunia pengamanan informasi tersebut.

"Karena hal semacam itu biasa terjadi di dunia pengamanan informasi. Kita lakukan perlindungan maksimal terhadap kerahasiaan negara," jelasnya.

Wawan menuturkan, peralatan pengamanan informasi terus berkembang dan BIN terus mengikuti perkembangan tersebut agar dapat melakukan tugasnya dengan baik. Untuk hal-hal yang sangat rahasia, kata dia, tidak disimpan di tempat yang dapat diretas oleh pihak mana pun.

"Kalau di tempat yang bisa diretas pasti itu dokumen yang bukan sebenarnya," ucapnya.

Naikon APT diduga terhubung dengan militer China. Wawan mengatakan, upaya untuk mengonfirmasi hal tersebut ke pemerintah China dapat dilakukan. "Konfirmasi dengan negara lain juga biasa dilakukan," ujarnya.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan (Kemhan) belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Aria-Body. Kemhan akan mempelajari hal tersebut lebih lanjut untuk menentukan langkah yang akan diambil ke depan.

"Belum ada informasi terkait hal tersebut. Kami pelajari dulu," ujar Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan, Kolonel Kav Ignatius Eko Djoko Purwanto, saat dikonfirmasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement