REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan sekitar 30 persen sumber daya manusia (SDM) yang ada di Indonesia memiliki kualitas sedikit di bawah standar.
"Sehingga kalau misalkan kita punya (data) stunting 30 persen itu sebetulnya sesuai," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam acara peluncuran web siapnikah.org yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Senin (4/5).
Ia mengatakan ketidaktahuan dan ketidaksiapan pasangan saat menikah menimbulkan banyak risiko kesehatan terhadap ibu dan bayi yang dilahirkan. Ketidaktahuan itu juga menurunkan kemampuan pasangan muda untuk menghasilkan generasi baru yang unggul dan berkualitas.
Ia menyebutkan data satu dari sembilan wanita di Indonesia menikah di usia yang masih sangat muda. Banyak di antara mereka juga tidak paham tentang masalah bagaimana mengatur jarak aman kelahiran agar anak bisa lahir dengan sehat dan tidak stunting.
Hasto juga mengatakan di Indonesia ada banyak sekali bayi yang setiap tahun dilahirkan dari orang-orang yang masih berusia sekitar 15 hingga 19 tahun. "Ini banyak, setengah jutaan, ini lahir dari orang-orang yang masih sangat muda," katanya.
Bayi dari orang tua yang usianya masih dini tersebut berpotensi lahir dengan ukuran di bawah standar. Kemudian, Hasto juga menduga bayi-bayi tersebut kemungkinan banyak yang lahir secara prematur.
"Inilah risiko-risiko di mana kita punya bayi yang lahir sudah tidak sesuai standar saja sudah 10 persen kurang lebih. Kemudian yang lahir sebelum waktunya itu 20 persen. Sehingga (saat ini) kita punya modal SDM yang agak di bawah standar itu 30 persen," katanya.
Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan generasi Indonesia yang unggul, BKKBN berupaya melakukan pendekatan kepada para calon ibu dengan memberikan edukasi dan kesadaran tentang pentingnya mempersiapkan 1.000 hari pertama kehidupan bagi bayi sehingga bayi yang mereka lahirkan menjadi generasi baru yang unggul dan berkualitas.
"Sehingga ini penting sekali (diketahui) bagi mereka-mereka yang akan punya anak untuk betul-betul melakukan perubahan dari sisi mindset dan memang harus berubah," katanya.
"Kalau tidak berubah tentu kota tidak akan ada perubahan terkait kualitas SDM, yang perlu dirintis dari 1.000 hari kehidupan pertamanya," katanya.