Senin 27 Apr 2020 20:55 WIB

Zona Merah Covid-19 di Sumsel Bertambah

Kasus positif Covid-19 yang tercatat di Sumsel telah mencapai 130 orang.

Petugas merapikan tempat tidur di salah satu kamar Wisma Atlet Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan, Senin (30/3/2020). Pemerintah Proviinsi Sumsel menyiapkan 900 unit kamar Wisma Atlet Jakabaring Palembang untuk menampung Orang Dalam Pemantauan (ODP) paparan COVID-19.
Foto: ANTARA/Feny Selly
Petugas merapikan tempat tidur di salah satu kamar Wisma Atlet Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan, Senin (30/3/2020). Pemerintah Proviinsi Sumsel menyiapkan 900 unit kamar Wisma Atlet Jakabaring Palembang untuk menampung Orang Dalam Pemantauan (ODP) paparan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Wilayah dengan zona merah Covid-19 di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) bertambah dari sebelumnya hanya dua daerah menjadi tiga daerah. Sementara kasus positif yang tercatat di Sumsel telah mencapai 130 orang.

Data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumsel, Senin, tercatat tiga zona merah tersebut Kota Palembang, Prabumulih dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) yang ditemukan total sebanyak 98 kasus atau 75 persen dari 130 kasus konfirmasi per 27 April 2020 di seluruh Sumsel.

Baca Juga

"Masyarakat yang masuk di zona merah kami imbau agar menjaga diri dari kerumunan, pakailah masker di mana saja dan ikuti anjuran pemerintah agar sebaran Covid-19 tidak meluas," kata Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumsel, Yusri.

Ia merincikan dari tiga zona merah Kota Palembang mencatatkan kasus tertinggi di Sumsel per 26 April yakni 76 kasus, disusul Prabumulih 12 kasus dan OKU 10 kasus.

Sementara kasus lainnya tersebar di 10 wilayah zona kuning, yakni Kota Lubuklinggau (7), Ogan Komering Ilir (4), Musi Banyuasin (1), Bayuasin (4), Muara Enim (1), Ogan Ilir (2), Pagaralam (1), Lahat (1), Muratara (1), dari luar Sumsel namun dirawat di Sumsel (3), kesepuluh wilayah tersebut berstatus zona kuning.

Selain itu dari 688 sampel yang diperiksa BBLK Palembang, masih ada 413 sampel yang masih diperiksa dan diperkirakan terus bertambah.

Sekitar 70 persen sampel yang diperiksa tersebut berasal dari Orang Tanpa Gejala (OTG) kontak erat, kata dia, sehingga dikhawatirkan pergerakan OTG yang tidak terlacak akan mempercepat sebaran Covid-19 di berbagai wilayah.

"Kebijakan physical distancing pada dasarnya untuk mencegah OTG berkontak dengan orang lain, OTG yang tidak menyadari kondisinya bisa membahayakan terutama di wilayah dengan transimisi lokal," tambahnya.

Yusri juga meminta masyarakat memperkuat imunitas dengan cukup makan, cukup gerak dan cukup tidur serta tidak setres, sebab imunitas tubuh yang kuat mampu mengalahkan Covid-19 yang terlanjur masuk ke dalam tubuh.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement