Senin 27 Apr 2020 12:03 WIB
Corona

MK dan Perpu Stabilitas Sistem Keuangan Di Tengah Corona

soal stabultasi keungan di tengah pandemi Corona

Karyawan Bank Indonesia menurunkan kardus yang berisi bantuan kepada Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Kota Gorontalo, Grorontalo, Jumat (17/4/2020). Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) menyerahkan bantuan 1.000 paket kebutuhan pokok bagi masyarakat, 942 buah masker dan hand sanitizer bagi Brimob, 3.350 masker bedah, 200 masker N95, 3.350 sarung tangan kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan, penyemprotan disinfektan di 10 titik, wadah cuci tangan kepada Dompet Dhuafa dan satu unit mobil kepada Dinas Pangan untuk penanganan dan pencegahan COVID-19.
Foto:

Seperti biasa dalam sebuah permainan politik-ekonomi terkordinasi, pemerintah menantikan gerakan yang bersifat buton up. Dalam pertemuan komisi kedua kalinya  hadir mantan menteri keuangan, Charles S. Fairchild. Katanya dalam pertemuan itu bila para bisnismen serius dengan gagasan mereka, mereka harus memobilisasi masyarakat untuk gerakan reformasi sistem keuangan.

Leslie M. Shaw, gubernur Iowa hadir dalam pertemuan itu. Kehadiran ini digambarkan oleh Fairchil

“you represent today not the banks, for the few the bankers of the floor.” Shaw melanjutkan “you represent the business industries and financial interest of the country.” Fairchil, kelak menjadi menteri keuangannya Theodore Rosevelt, pengganti Mckinley yang mati terbunuh. Fairchil diketahui memiliki koneksi kuat dengan J.P. Morgan.

Sejumlah profesor hukum dan ekonomi juga hadir dalam pertemuan itu. Mereka, antara lain : (i) Profesor Jeremiah W Jenks dari Cornell, menjadi delegasi  Asosiasi Bisnis Itacha. Kelak profesor ini jadi penasihat Presiden Theodore Rosevelt.(ii) Frank W. Taussiq, dari Harvard University menjadi delegasi Chambridge Merchan Assosiation. (iii) Yale Arthur Twining Hadley, anak presiden of Yale University menjadi delegasi New haven Chambers Comerce. (iv) Joseph French Johnson, professor keuangan dari University of Pensilvania.

Profesor yang disebut terakhir memiliki pandangan standar. Tetapi pandagannya sangat membantu memuluskan naiknya urgensi dan percepatan kehadiran bank sentral. Katanya,  bank yang eksis terbukti lemah. Mereka tidak dapat merespons kebutuhan pasar uang. Mereka tidak cukup menyuplai uang. Oleh karena itu merurut Johnson  ketika mereka tidak mampu memenuhi fungsi itu, maka tidak ada alasan untuk dilanjutkan.

Masih terdapat sejumlah professor lain, yang mati-matian mendukung pembentukan the Fed’s. Tetapi saya sudahi saja sampai disitu. Saya beralih dengan menunjuk keterlibatan seorang jurnalis kawakan bidang keuangan. Keterlibatan ini sedari awal dirancang untuk menjadi propagandis gerakan ini. Namanya Charles Conant.

Charles Conant, karena kesuksesannya, ia  menempatkan diri sebagai teoritikus dan praktisi the Gold exchange dan economic imperialism.  Ia bekerja secara terkordinasi dengan Hugh Hannah. Conant juga dipertalikan dengan Lyman Gage, orangnya Rockefeller. Gage kelak menjadi menteri keuangan pada kepresidenan Theodore Rosevelt, dan Conant diangkat menjadi asistennya.

Pada waku menjadi koresponden New York Journal of Commerce, Conant menulis satu arikel hebat. Judulnya A History of Modern Bank of Issue.  Artikel ini ditulis tahun 1896, menjelang pemilu presiden. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1898, Conant kembali menulis satu artikel terkait.

Judulnya The Economic Basis of Imprialism dimuat di Nort American Review. Dia juga menulis satu esay berjudul United States in the Orient: The Nature of Economic Problem. Esay ini dipublikasi oleh S.J Champan tahun 1900. Pada artikel ini Conant menunjukan satu perbedaannya dengan teoritisi ekonomi Inggris. Pembedaannya terletak pada gagasan Conant bahwa semua negara maju memiliki tabungan yang eksesif, dan itu tidak menguntungkan investasi.

Conant juga menyatakan dalam artikelnya, pada saat semua negara tidak mengambil kebijakan secara praktis untuk perdagangan bebas, Amerika harus mengambilnya. Hal yang terakhir dinyatakan Conant adalah Amerika memiliki keuntungan memperjuangkannya. 

Pada tahun 1901, menurut Rotbhard muncul satu kebutuhan agar tim currency mengambil alih Bureau of Insular Affair (BIA) of the War Departmen. Tujuannya untuk mempercepat pencaplokan Philipine. Dan Charles Conant  diperkerjakan dalam tim ini.

Menariknya Elihu Rooet, menteri pertahanan ternyata turut menjadi bagian dari permainan ini. Dan tidak mengerankan, karena Rooet juga masih berstatus sebagai pengacara wall street,  sekaligus pengacara pribadi J.P.Morgan.

Apa yang dilakukan untuk sukses di Philipine? Tim Curency segera memberi tekanan kepada senator untuk menggolkan rencana mereka di Philipine.  Agar usaha itu sukses, Conant segera mengadakan pertemuan dengan editor sejumlah Jurnal keuangan, juga sejumlah bankir yang anti silver.

Conant cukup piawai. Dia berhasil meyakinkan, dalam nada mengancam para bankir itu bahwa mereka akan rugi bila tidak sebarisan dengannya. Conant memastikan kepada mereka sistem keuangan Philipine akan direformasi. Conant benar, karena Kongress akhirnya menerima Philipine Curency Bill tahun 1903.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement