Sabtu 25 Apr 2020 23:18 WIB

Covid-19, Pemerintah Diminta Tegas Soal Larangan Mudik

Pemerintah dinilai harus tegas dalam melarang mudik kala wabah Covid-19 berlangsung

Rep: Ali Mansur / Red: Hasanul Rizqa
Polisi menghentikan bus saat penerapan pelarangan mudik di Jalur Pantura, Perbatasan Kabupaten Bekasi dengan Karawang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (25/4). Hari kedua penerapan pelarangan mudik di jalur pantura masih banyak pengendara yang memaksakan untuk mudik dan tidak menerapkan jarak sosial
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Polisi menghentikan bus saat penerapan pelarangan mudik di Jalur Pantura, Perbatasan Kabupaten Bekasi dengan Karawang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (25/4). Hari kedua penerapan pelarangan mudik di jalur pantura masih banyak pengendara yang memaksakan untuk mudik dan tidak menerapkan jarak sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19, perpindahan orang dalam jumlah besar dan masif hendaknya dapat dikendalikan. Hal itu dikatakan Ketua Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Yorrys Raweyai.

Ia berharap, Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain dalam menangani dampak virus korona baru, sebagai penyebab Covid-19. Kuncinya adalah, disiplin dan tegas.

Baca Juga

Oleh karena itu, lanjut dia, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan larangan mudik harus dijalankan dengan ketegasan pula. "Pemerintah juga harus tegas. Bukan imbauan saja. Karena, imbauan itu susah, seperti (antara) boleh atau tidak," ucap Yorrys saat berbagi makanan berbuka puasa di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dikutip dari siaran pers, Sabtu (25/4).

Senator asal Papua itu juga mengajakan warga, khususnya yang tinggal di DKI Jakarta agar selalu menaati aturan. Hal ini dinilai perlu untuk mencegah meluasnya penularan virus korona.

photo
Ketua Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Yorrys Raweyai (Dok Republika)

Ia melihat, jumlah warga Jakarta yang melakukan aktivitas di luar rumah semakin hari semakin tinggi. Maka, pemberlakuan PSBB di Jakarta bisa-bisa tidak efektif. Menurutnya, pada awalnya masyarakat terlihat taat dan berdiam diri di rumah. Akan tetapi, saat ini aktivitas masyarakat terus meningkat.

“Ini memang dilema, saya juga merasakan bosan dan stres ketika harus di rumah saja. Tapi ini harus dilakukan, kenapa? Karena wabah ini bukan cuma di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Mau tidak mau jika kita ingin wabah virus ini selesai, ya harus taat aturan,” papar Yorrys.

Dia menambahkan, langkah pemerintah untuk melarang mudik adalah juga bagian dari memutuskan mata rantai penyebaran virus. Seyogianya, kata Yorrys, masyaakat menunggu hingga wabah ini selesai barulah mereka pulang ke kampung halaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement