Rabu 15 Apr 2020 05:45 WIB

Ingin Pasok Baju Hazmat? Ketahui Bahan yang Sesuai Standar

Baju hazmat yang tak sesuai standar tidak bisa dipakai oleh tenaga medis Covid-19.

Desainer fashion Bety Tan (tengah) melakukan proses pembuatan alat pelindung diri (APD) medis standar WHO, di Rumah Desain SkyGow, Purwokerto, Banyumas, Jateng, Selasa (31/3/2020). IDI mengingatkan agar baju hazmat dibuat sesuai standar WHO agar bisa dipakai tenaga medis dalam melawan Covid-19.
Foto: ANTARA FOTO
Desainer fashion Bety Tan (tengah) melakukan proses pembuatan alat pelindung diri (APD) medis standar WHO, di Rumah Desain SkyGow, Purwokerto, Banyumas, Jateng, Selasa (31/3/2020). IDI mengingatkan agar baju hazmat dibuat sesuai standar WHO agar bisa dipakai tenaga medis dalam melawan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengapresiasi masyarakat yang ingin membantu tenaga medis dalam penanganan Covid-19 dengan membuat baju hazmat. Di lain sisi, IDI mengingatkan agar baju pelindung dari hazardous material itu diproduksi sesuai standar.

"Sebenarnya, bahannya itu harus memenuhi standar supaya tidak bisa ditembus oleh virus," Ketua Umum PB IDI dr Daeng M Faqih di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menetapkan standar bahan baju hazmat, yaitu dari polietilena bukan dari spons dan sebagainya. Alat Pelindung Diri (APD) berupa baju hazmat itu diharapkan sesuai standar sehingga dapat berguna saat menangani pasien Covid-19.

"Karena apabila tidak memenuhi standar, mungkin di rumah sakit justru tidak banyak dipakai," kata Daeng.

Andaikan baju hazmat yang tak sesuai standar itu tetap digunakan, menurut Daeng, maka dikhawatirkan malah membahayakan keselamatan tenaga medis. Sementara itu, salah seorang pembuat baju hazmat di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet Jakarta Selatan Rahmansyah mengatakan dirinya mendapat pesanan sebanyak 5.000 baju hazmat dari salah seorang teman sejak dua pekan lalu.

"Dulu biasanya saya buat tas untuk kamera, namun karena tergugah melawan corona maka saya turut membantu teman yang meminta dibuatkan APD," kata dia.

Menurut Rahmansyah, 5.000 APD tersebut akan didistribusikan ke sejumlah rumah sakit. Sejauh ini, baju hazmat pesanan itu telah selesai dengan 10 hari pengerjaan dengan penyelesaian satu baju sekitar 25 menit.

Baju hazmat yang dibuat oleh Rahmansyah dan teman-temannya berbahan dasar spunbond, sebagaimana direkomendasikan oleh salah satu rumah sakit di Solo beberapa waktu lalu. Dalam proses pengerjaan, 5.000 APD dikerjakan oleh sekitar 20 pekerja di tiga tempat berbeda dengan menerapkan jarak fisik satu meter antara satu dengan lainnya. Terkait harga, ia pun hanya mengambil ongkos kerja saja, yakni Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per baju.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement