Jumat 17 Apr 2020 06:04 WIB

Virus Corona Stigmatisasi

Belum terlihat tanda-tanda meyakinkan, kematian karena virus corona baru ini berhenti

Azyumardi Azra
Foto:

Pelajaran lain dari bencana Covid-19 adalah meningkatnya prasang ka dan stigmatisasi rasial ke dalam interaksi antarmanusia dan wacana dalam media sosial. Karena dibayangi prasangka dan stigmatisasi, sering perilaku dalam interaksi dan wacana media sosial tidak masuk akal.

Sepatutnya warga masyarakat tetap berpikir dan bertindak rasional—menghindari diri dari prasangka, bias, dan stigmatisasi. Salah satu contoh sikap yang tampaknya bersumber dari prasangka dan stigmatisasi itu adalah perlakuan tidak menyenangkan atau bahkan dianggap diskriminatif terhadap warga dan anak-anak Jepang di Jakarta pekan lalu (9-10/3/2020). Duta besar Jepang untuk Indonesia, Mashafumi Ishii menyampaikan keberatannya ke Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Kantor Staf Kepresidenan (KSP).

Dubes Ishii menyatakan, dirinya mendapat laporan tentang perla kuan tidak menyenangkan atau bahkan diskriminasi kalangan warga Indonesia terhadap anak-anak dan warga Jepang yang dianggap sebagai penyebar virus corona. "Kami telah menyampaikan rasa prihatin kepada masyarakat Indonesia, warga Negara Jepang yang berada di Indonesia bukan sumber penyebaran virus, melainkan sahabat Indonesia".

Menyimak komplain dubes Jepang, Wamenlu Mahendra Siregar berjanji menyelidiki duduk perkara kasus tersebut. "Perlakuan diskrimnatif tidak bisa dibenarkan," katanya. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian, juga bersikap sama. "Prasangka dan stigmatisasi terkait virus corona jelas tidak bisa dibiarkan".

Munculnya prasangka dan stigmatisasi terhadap warga Jepang terkait sebagai 'sumber corona' boleh jadi karena warga Indonesia tidak bisa membedakan wajah dan penampilan orang Jepang dengan orang Wuhan atau Cina Daratan. Muncul dan berkembangnya wabah corona dari Wuhan atau Cina Daratan membangkitkan prasangka dan stigmatisasi di banyak negara terhadap warga Cina.

Di sini orang-orang berwajah mirip Cina—seperti Jepang—juga menjadi sasaran prasangka dan stigmatisasi. Beberapa kasus seperti ini juga terjadi di negaranegara lain.

Bagaimanapun, di tengah bencana corona yang belum tahu kapan berakhirnya, prasangka dan stigma tak patut dikembangkan. Sebaliknya, semua umat manusia harus memperkuat solidaritas dan kebersamaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement