Senin 06 Apr 2020 21:03 WIB

Menristek siapkan 100 Ribu Rapid Test Covid-19

Rapid test yang disipakan itu yang berbasis antigen.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang PS Brodjonegoro
Foto: Antara/Jessica Wusang
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang PS Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyebutkan saat ini sedang disiapkan produksi 100 ribu alat tes cepat Covid-19. "Yang rapid test, yang berbasis antigen,perkembangannya dalam waktu satu hingga dua bulan bisa diproduksi sebanyak 100 ribu, sambil gugus tugas mendatangkan rapid test dari luar negeri," kata Bambang   saat konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Senin (6/4).

Menristek Bambang mengakui, hasil pemeriksaan tes cepat memang tidak seakurat pemeriksaan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Namun setidaknya bisa membantu melakukan pemeriksaan awal.

Baca Juga

Apalagi, menurut menristek, hasil pemeriksaan tes itu tersebut diketahui dalam waktu 10 hingga 15 menit sehingga bisa dilakukan penanganan segera kepada mereka yang sudah dites dengan pendekatan itu. "Memang ada kemungkinan 'false', negatif, yang mengakibatkan pengujian rapid tes tidak bisa dilakukan sekali. Kalau yang pertama kali diidentifikasi negatif, harus ada pemeriksaan berikutnya. Tapi kalau diperiksa positif, artinya bisa segera langsung ditangani," katanya.

Selain itu, dia mengatakan, dalam waktu tidak lebih dari sebulan lagi akan dikembangkan mobile test kit yang berbasis PCR untuk menunjang pemeriksaan COVID-19 di tempat-tempat yang belum dilengkapi laboratorium setara Biosafety Level (BSL) 2."Jadi, dengan kata lain ini semacam mobile BSL 2, terutama untuk pendukung pemeriksaan PCR yang dilakukan di tempat yang belum dilengkapi dengan laboratorium setara BSL 2. Mudah-mudahan inovasi seperti ini akan sangat membantu. Kita sudah membuat tes kitnya, dan dibuat dalam bentuk mobile bisa dipakai di berbagai daerah di Indonesia," katanya.

Sementara itu, jumlah pasien positif COVID-19 per Senin, 6 April 2020 petang tercatat sebanyak 2.491 kasus, dengan rincian pasien sembuh sebanyak 192 orang, sementara 209 meninggal dunia. Sejauh ini, catatan pemerintah menunjukkan DKI Jakarta masih jadi provinsi dengan jumlah pasien positif COVID-19 terbanyak, yaitu 1.232 jiwa per 6 April.

Setelah DKI Jakarta, ada Jawa Barat dengan 263 kasus, Jawa Timur dengan 189 kasus, Banten dengan 187 kasus, Jawa Tengah dengan 132 kasus, dan Sulawesi Selatan dengan 113 kasus. Data Gugus Tugas mencatat 32 provinsi sudah terpapar COVID-19 dengan perincian 20 provinsi mengalami peningkatan kasus positif per 6 April, di antaranya di Bali (tambah 7 kasus), Banten (tambah 10 kasus), DI Yogyakarta (tambah 6 kasus).

Kemudian, DKI Jakarta (tambah 101 kasus), Jawa Barat (tambah 11 kasus), Jawa Tengah (tambah 12 kasus), Jawa Timur (tambah satu kasus), Kalimantan Barat (tambah dua kasus), Kalimantan Timur (tambah satu kasus). Di Kalimantan Tengah (tambah 9 kasus), Kalimantan Selatan (tambah dua kasus), Kalimantan Utara (tambah tujuh kasus), Nusa Tenggara Barat (tambah tiga kasus), Sumatra Barat (tambah 10 kasus), Sulawesi Utara (tambah dua kasus), Sumatra Utara (tambah satu kasus), Sulawesi Tenggara (tambah satu kasus), Sulawesi Selatan (tambah 30 kasus), Lampung (tambah satu kasus), dan Riau (tambah satu kasus).

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement