Senin 30 Mar 2020 17:21 WIB
Militer Indonesia

Babak Baru Elite Militer

Selayaknya, jabatan pejabat tinggi TNI dipercayakan kepada perwira yang menonjol.

Prajurit TNI AU mengikuti parade kendaraan taktis saat peringatan HUT ke-72 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (9/4).
Foto:

Di lingkungan Mabesad, sesungguhnya ada tiga senior yang pantas menjadi Wakil KSAD. Posisi itu ada pada Asisten Operasi KSAD, Mayjen Muhammad Fachruddin; dan Kepala Staf Ahli (Kasahli) KSAD, Mayjen Surawahadi. Keduanya abituren Akmil 1985. Yang ketiga, Irjen Mabesad (Irjenad), Mayjen Suko Pranoto, Akmil 1987.

Ketiganya pernah menjadi Panglima Kodam di luar Pulau Jawa. Fachruddin pernah menjadi Panglima Kodam Iskandar Muda. Surawahadi pernah menjadi Panglima Kodam Hasanuddin. Suko Pranoto pernah menjadi Panglima Kodam Pattimura. Mereka memenuhi syarat menjadi  Wakil KSAD.

Asisten Operasi KSAD, berbeda dengan para asisten lainnya. Punya ‘kasta’ lebih tinggi daripada asisten lainnya. Biasanya dari asisten KSAD, menjadi panglima Kodam. Tentu harus berlatar belakang korps infanteri, zeni, kavaleri, armed, arhanud, dan penerbad yang bisa menjadi panglima Kodam. Hal ini karena jabatan komandan wilayah, seperti Kodim dan Korem, saat ini hanya bisa diisi dari enam korps tersebut.

Khusus untuk asisten operasi berbeda. Dia justru harus pernah menjadi panglima Kodam terlebih dahulu. Jadi inilah jabatan asisten KSAD paling bergengsi. Bisa disebut sebagai orang ‘keempat’ di Mabesad.

Kemudian Kasahli KSAD. Dia adalah perwira tinggi senior yang memimpin para jenderal dan kolonel senior yang tergabung dalam ‘departemen’ staf ahli. Namun masih kalah bergengsi daripada Asisten Operasi KSAD. Kasahli ini seperti orang ‘kelima’ di Mabesad.

Irjenad seperti orang ‘ketiga’ di Mabesad. Pejabat Irjenad adalah mayor jenderal senior.  Setidaknya pernah menjadi asisten KSAD dalam waktu lama atau pernah menjadi Panglima Kodam.

Sisa Akmil 1985

Melihat peta letting  (kelas) di Mabesad, kemungkinan yang menjadi Wakil KSAD, bukan dari abituren Akmil 1987. Sebab KSAD, Jenderal Andika juga berasal dari letting Akmil 1987. Bukan pula dari abituren Akmil 1986 yang  sudah ‘mendominasi’ di lingkungan TNI, termasuk di Angkatan Darat. Melampaui abituen 1985 dan 1987.

Wakil KSAD sebelum Tatang juga berasal dari abituren Akmil 1986, yakni Letjen Hinsa Siburian. Akan menjadi masalah ‘kecemburuan’ jika lagi-lagi AD-2 berasal dari Akmil 1986.  Jalan tengahnya, kemungkinan justru berasal dari senior, abituren 1985. Sekaligus meredam ‘rivalitas’ abituren 1986 dengan 1987.  Peluang itu ada pada diri Mayjen Fachruddin dan Mayjen Surawahadi.

Fachruddin pensiun pada November - Desember 2020. Namun, masih ada waktu enam bulan hingga rotasi elite militer selanjutnya. Hal yang sama dialami Hinsa Siburian pada 2017 lalu. Ia hanya menjadi Wakil KSAD selama enam bulan, setelah itu pensiun.

Sedangkan Surawahadi usia pensiun masih satu tahun lagi, Maret-April 2021. Surawahadi menjadi Kasahli KSAD sejak 9 Januari 2020 lalu. Ia berpeluang untuk posisi nomor dua di Mabesad. Mantan Wakil KSAL Laksdya Wuspo Lukito, juga hanya satu tahun dalam posisinya, sejak 24 September 2018 – 24 September 2019 lalu.  

Orang-orang terbaik letting Akmil 1985 justru sudah banyak yang pensiun dan wafat. Misalnya Letjen (Purn) Edy Rahmayadi, Mayjen (Purn) Agung Risdhianto, Mayjen (Purn) Wiyarto, Mayjen (Purn) Jaswandi, dan almarhum Mayjen I Made Agra. Mereka bersama Letjen Doni Monardo sebagai orang yang menjadi mayjen lebih dahulu daripada Fachrudin maupun Surawahadi. Apakah Fachruddin atau Surawahadi akan mendapatkan keberuntungan? Entahlah.

Di luar pejabat tinggi Mabesad, ada pula Komandan Kodiklatad, Letjen AM Putranto. Namun lagi-lagi Putranto juga abituren Akmil 1987. Kemungkinan Andika akan menghindari wakilnya dari sesama Akmil 1987. Jika memang ‘terpaksa’ dari abituren 1987, peluang besar berada di pundak AM Putranto dan Suko Pranoto.  Putranto pernah menjadi pangdam Sriwijaya. Suko pernah menjadi Pangdam Pattimura.

Di luar mereka, ada juga Pangdam Sriwijaya, Mayjen Irwan Zaini; Pangdam Siliwangi, Mayjen Nugroho Budi Wiryanto;  Pangdam Udayana, Benny Susianto; dan Pangdam Pattimura, Mayjen Marga Taufik.   

Ada pula Panglima Kostrad, Letjen Besar Harto Karyawan, abituren Akmil 1986. Kemungkinan Harto tidak akan digeser ke posisi Wakil KSAD. Karena ia teman se-letting Tatang, Wakil KSAD saat ini.

Di luar lingkungan Angkatan Darat, masih ada Irjen Mabes TNI, Letjen Muhammad Herindra. Selain itu, Irjen Kementerian Pertahanan, Letjen Ida Bagus Purwalaksana. Namun, seperti Putranto, keduanya berasal dari abituren  Akmil 1987. Sehingga peluang Herindra dan Bagus  tidak diarahkan ke jabatan Wakil KSAD.

Lulusan 1988

Di luar nama-nama di atas, masih ada abituren Akmil 1988 dan 1989. Peluang itu ada pada Mayjen Arif Rahman,  Komandan Pusterad. Arif  lulusan 1988-A. Sebelum menjadi Komandan Pusterad, dia pernah menjadi Panglima Kodam Brawijaya dan Gubenur Akmil. Ia dipandang sudah pantas mendapatkan promosi bintang tiga, mewakili lulusan 1988.

Hingga kini belum ada lulusan Akmil 1988-A (program pendidikan empat tahun) maupun 1988-B (program pendidikan tiga tahun) yang berpangkat letjen. Sedangan AAL dan AAU 1988 sudah ada yang meraih pangkat laksdya dan marsdya (bintang tiga). Panglima Kogabwilhan I TNI, Laksdya Yudo Margono, AAL 1988-A. Panglima Kogabwilhan II TNI, Marsdya Fadjar Prasetyo, AAU 1988-B. Dalam hal ini Angkatan  Darat tertinggal.

Selain Arif Rahman, ada enam rekannya yang juga sudah dan sedang menjadi panglima Kodam. Mereka adalah; Mayjen Madsuni (1988-A), pernah menjadi Panglima Kodam Merdeka. Kini Madsuni ‘diparkir’ menjadi Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Komsos Panglima TNI.

Ada pula Mayjen Teguh Arief Indratmoko (1988-A), kini Panglima Kodam Iskandar Muda; Mayjen M Sabrar Fadhilah (1988-A), kini Panglima Kodam Bukit Barisan; dan Mayjen Muhammad Nur Rahmad (1988-A), kini Panglima Kodam Tanjungpura.

Selain itu, Mayjen Subiyanto (1988-B), kini Panglima Kodam Mulawarman; dan Mayjen Herman Asaribab (1988-B), kini Panglima Kodam Cendrawasih. Sebenarnya ada beberapa lulusan Akmil 1988-A dan B yang berpangkat mayjen, namun belum menjadi panglima Kodam.

Di luar itu ada satu nama yang cukup menonjol dari abituren Akmil 1989. Dia adalah Mayjen Eko Margiyono, Panglima Kodam Jayakarta. Sebelumnya menjadi Komandan Jenderal Kopassus serta Gubernur Akmil.

Itulah nama-nama yang berpeluang menjadi Wakil KSAD menggantikan Tatang pada April 2020 ini. Semua berpulang kepada hasil rapat Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) TNI.

Jika Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 tahun 2019 tentang Susunan Organisasi TNI, sudah berlaku di lingkungan TNI, maka akan ada beberapa jabatan yang dinaikkan menjadi bintang tiga. Misalnya; Irjenad, Koorsahli KSAD, Komandan Pussenif, dan Komandan Pusterad. Nah, para mayjen yang pernah menjadi panglima Kodam memiliki peluang lebih besar.

Sebagai penutup tulisan perspektif analisis ini, pimpinan tentara, harus memberikan kesempatan seadil-adilnya kepada setiap perwira untuk mengembangkan kariernya. Selayaknya, jabatan-pejabat tinggi TNI dipercayakan kepada perwira yang sangat menonjol di antara perwira yang potensial.

Harus dilihat latar belakang penugasan bidang staf, pendidikan, pembinaan teritorial, serta komando pada unit kesatuan yang lebih besar. Tentu dengan ukuran prestasi yang sangat menonjol. Bukan semata-mata, karena sama-sama lulusan satu letting (kelas).

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement