REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh BINTI SHOLIKAH, BOWO PRIBADI
Wabah Covid-19 membangkitkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial warga di berbagai daerah. Warga bahu-membahu berupaya mencegah penyebaran virus hingga memberikan bantuan sembako.
Di Jakarta Utara, kaum ibu yang tergabung dalam pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengelola ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) membagikan paket sembako kepada warga sekitar. Koordinator RPTRA Jakarta Utara Eka Citra Qudus mengatakan, paket sembako gratis diberikan kepada warga yang membutuhkan. "Karena selama berdiam diri di rumah, mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan," kata Eka, Ahad (29/3).
Kebijakan menjaga jarak fisik dan tetap berada di rumah merupakan anjuran pemerintah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Eka mengatakan, paket sembako berasal dari donasi warga. Paket sembako berisi beras, minyak sayur, gula, sarden, teh, dan mi instan. Ia berharap aksi sosial ini berlanjut setiap pekan.
Sejumlah komunitas di Kota Solo juga menginisiasi gerakan berbagi untuk mengantisipasi dampak Covid-19. Salah satunya dilakukan komunitas seni Rumah Banjarsari yang menginisiasi pembentukan lumbung pangan.
Direktur Rumah Banjarsari Zen Zulkarnaen mengatakan, gerakan berbagi sangat penting di tengah status kejadian luar biasa (KLB) virus korona di Solo. "Perlu ada kekuatan masyarakat untuk bisa saling membantu," kata Zen, Ahad.
Komunitas itu mengumpulkan sedikit demi sedikit bahan pokok tahan lama, seperti beras dan mi instan. Untuk sementara, Rumah Banjarsari memprioritaskan bantuan untuk komunitas dan warga sekitar.
Gerakan berbagi di tengah status KLB corona juga diinisiasi komunitas Joli Jolan di Solo. Setiap Sabtu siang, mereka melakukan program pembagian makanan, masker, dan sabun cair gratis kepada warga sekitar. Selanjutnya, komunitas itu membuat paket gizi peningkat daya tahan tubuh yang terdiri atas nasi, sayur, ayam, buah, dan susu yang diedarkan sore sampai malam hari.
"Mulai pekan depan juga diadakan program lumbung pangan yang isinya akan disalurkan kepada pekerja informal dan kalangan marginal," kata salah satu inisiator komunitas Joli Jolan, Septina Setyaningrum.
Warga juga bergerak bersama melakukan pencegahan. Di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, warga Dusun Tompogunung, Kecamatan Ungaran Timur, membangun bilik disinfektan secara swadaya. Bilik dibangun di lapangan Desa Tompogunung yang merupakan akses menuju dusun mereka.
Pembangunan bilik disinfektan itu merupakan kesadaran warga setempat karena hampir separuh warga di desa itu merupakan pekerja di luar Kabupaten Semarang. “Pembangunan secara swadaya ini menghabiskan anggaran Rp 18 juta,” kata Putut Asrori, salah seorang warga Dusun Tompogunung.
Menurut dia, ancaman wabah Covid-19 telah menyadarkan warga di dusunnya tentang pentingnya menjaga kebersihan. Langkah itu dinilai turut membantu mencegah penyebaran virus. Pembangunan bilik dimulai sejak Rabu (25/3). Bilik itu pun telah dioperasikan sejak kemarin. Warga yang hendak masuk ke desa mereka harus terlebih dahulu menjalani sterilisasi di bilik disinfektan tersebut.
Relawan Covid-19
Sebanyak lebih dari 5.000 orang telah mendaftarkan diri sebagai sukarelawan Covid-19. Hingga Sabtu (28/3) sore, mayoritas sukarelawan mendaftarkan diri untuk menjadi tenaga nonmedis. Jumlahnya mencapai 4.008 orang. Sementara itu, sukarelawan medis dan tenaga medis sebanyak 1.808 orang.
"Total relawan yang sudah mendaftar per 28 Maret 2020 pukul 17.00 WIB sebanyak 5.816 orang," kata Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Dandi Prasetia dalam keterangannya di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Ahad (29/3).
Para sukarelawan tersebut mendaftar dari berbagai wilayah Indonesia. Provinsi Jawa Barat menjadi daerah terbanyak yang mendaftar, yakni mencapai 1.445 orang. Berikutnya dari wilayah Jawa Timur sebanyak 559 orang, Banten 402 orang, dan Jawa Tengah 348 orang. Terbanyak kedua adalah DKI Jakarta dengan jumlah 1.384 orang.
Sementara itu, dari segi usia, sukarelawan yang paling banyak mendaftar berasal dari kelompok usia produktif, yakni 19-30 tahun. Kelompok usia terbanyak kedua, yakni dari 31 tahun sampai dengan 40 tahun, sebanyak 636 laki-laki dan 225 perempuan. Selanjutnya, kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 275 laki-laki dan 68 perempuan. Kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 75 orang laki-laki dan 25 perempuan.
"Kelompok usia di atas 60 tahun juga ada lima orang laki-laki," kata dia.
Kepala BNPB sekaligus Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo sebelumnya mengatakan, tim sukarelawan berperan penting dalam mengatasi wabah virus corona. "Karena konsepsi dalam penanganan wabah Covid-19 ini pemerintah tidak mungkin berdiri sendiri," kata Doni.
BNPB membuka pendaftaran untuk sukarelawan sejak Rabu (25/3) melalui laman deskrelawanpb.bnpb.go.id/covid-19/. Desk Relawan adalah platfrom digital nasional yang diinisiasi BNPB dan dibantu beberapa lembaga sukarelawan kemanusiaan, seperti MPBI, Save The Children, dan RedR Indonesia. Tujuan dari Desk Relawan adalah membantu distribusi sumber daya manusia (SDM) sukarelawan kepada organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang membutuhkan.
Selain untuk menerima pendaftaran sukarelawan, laman tersebut menampilkan laporan aksi sosial masyarakat dari berbagai daerah. Hingga kemarin, setidaknya ada 28 laporan aksi yang tercantum. Salah satunya aksi penyemprotan disinfektan di lingkungan sekitar yang dilakukan sukarelawan kemanusiaan IMMI Masjid Abidin, Medan.
(antara/inas widyanuratikah/eko widiyatno ed: satria kartika yudha)