REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan pemerintah akan menyiapkan tes cepat yang bisa dilakukan masyarakat untuk mendeteksi penularan virus corona. Namun, alat tersebut hanya bisa mendeteksi seseorang yang sudah satu pekan terinfeksi corona.
"Cara ini berbeda dengan tes selama ini karena sampel yang diambil adalah serum darah," kata Yuri dalam jumpa pers yang diadakan di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (18/3).
Yuri mengatakan tes cepat itu bisa dilakukan di semua rumah sakit. Namun, tes tersebut baru bisa mendeteksi penularan virus corona bila virus tersebut sudah menginfeksi seseorang selama sepekan. "Yang akan diambil adalah imunoglobulin. Hanya bisa mendeteksi seminggu setelah infeksi. Kalau kurang dari seminggu, atau memang seseorang tidak terinfeksi, hasilnya pasti negatif," katanya.
Yuri mengatakan tes cepat ini harus diiringi dengan kebijakan isolasi mandiri. Seseorang yang mengikuti tes cepat dengan gejala minimal, harus melakukan isolasi diri dengan pemantauan dari puskesmas atau layanan kesehatan terdekat. Tanpa kebijakan tentang isolasi mandiri, seluruh kasus positif hasil dari tes cepat akan berduyun-duyun ke rumah sakit, padahal belum tentu memerlukan layanan kesehatan.
"Yang positif memiliki potensi untuk menularkan ke orang lain. Langkah yang penting adalah melakukan isolasi mandiri," katanya.
Yuri berharap masyarakat bisa tetap tenang dan memahami apa yang perlu dilakukan terkait dengan penanganan virus corona yang menyebabkan Covid-19.