REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menggelar sosialisasi pencegahan penularan virus Covid-19, Kamis (5/3). Sosialisasi dilakukan di halaman kantor Rektorat UMP dengan dipimpin Wakil Rektor I Bidang Akademik Dr Jebul Suroso.
Dalam sosialisasi tersebut, belasan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dikerahkan untuk melakukan berbagai kegiatan antara lain sosialisasi cara cuci tangan yang benar, pembagian masker gratis, dan cek kesehatan gratis.
Pada kesempatan tersebut, Jebul Suroso menyebutkan, pihaknya merasa perlu menyampaikan sosialisasi mengenai pencegahan penyebaran virus Covid-19 karena kampus UMP merupakan tempat berkumpulnya ribuan mahasiswa dari berbagai daerah. "Ada ribuan mahasiswa yang kuliah di UMP. Setiap hari mereka saling berinteraksi sehingga untuk mengurangi potensi terjadinya kasus Covid-19, kita perlu mensosialisasikan tindakan pencegahan," katanya.
Dia menyebutkan, upaya yang paling efektif untuk mencegah penularan virus Covoid-19 adalah menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan tangan, karena transmisi virus lebih sering terjadi akibat sentuhan tangan. "Untuk itu, tindakan cuci tangan merupakan satu cara yang efektif untuk mencegah penularan," katanya.
Selain melakukan sosialisasi, Jebul menyebutkan, Rektor Anjar Nugroho juga sudah mengeluarkan surat keputusan rektor mengenai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19. Selain menyediakan sarana pembersih tangan berupa hand sanitizer, rektor juga mengeluarkan larangan bagi sivitas akademikanya untuk bepergian ke luar negeri.
"Termasuk dosen yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri disarankan untuk menunda keberangkatan lebih dahulu, terutama dosen yang sedang studi lanjut ke negara-negara endemik Covis-19," katanya.
Dia menyebutkan, di UMP ada satu dosen yang sedang studi lanjut di Cina dengan beasiswa pemerintah setempat. "Saat ini yang bersangkutan sedang berada di Purwokerto. Kami sudah meminta agar tidak berangkat dulu ke Cina sampai kondisinya mereda," katanya.
Sementara itu, untuk dosen yang diundang menjadi peserta konferensi ilmiah di luar negeri, juga sudah diputuskan untuk tidak berangkat. "Kecuali memang sudah dijadwalkan menjadi pembicara dalam konferensi tersebut," katanya.
Namun, dosen yang akan berangkat ke luar negeri tersebut, menurut dia, harus benar-benar dalam kondisi sehat. "Kalau kondisinya tidak sehat, kami minta untuk membatalkan," katanya.