Jumat 28 Feb 2020 17:21 WIB

Enam Kecamatan di Karawang Masih Terendam Banjir

Meski banjir Karawang mulai surut, tetapi enam kecamatan masih terendam banjir

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Petugas Basarnas mengevakuasi warga terdampak banjir di Desa Purwasari, Karawang, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Petugas Basarnas mengevakuasi warga terdampak banjir di Desa Purwasari, Karawang, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Banjir di Kabupaten Karawang berangsur-angsur surut. Data terakhir dari BPBD Kabupaten Karawang dari 26 kecamatan yang kemarin terdampak banjir, enam kecamatan masih terendam air. Kepala BPBD Kabupaten Karawang Yasin Nusrodin mengatakan data yang dihimpun petugas enam kecamatan masih tergenang air. Dengan ketinggian berangsur surut sekitar 20-100 centimeter.

“13 desa di enam kecamatan data terakhir hingga Jumat (28/2) masih ada yang terendam banjir,” kata Yasin kepada Republika, Jumat (28/2).

Sejak kemarin, kata dia, intensitas hujan di Kabupaten Karawang mulai menurun. Cuaca juga cerah di sebagian wilayah sehingga air tidak bertambah tinggi, dan sebagian surut total. Ia menyebutkan enam kecamatan yang masih terendam banjir yakni Telukjambe Barat, Rengasdengklok, Telukjambe Timur, Tempuran, Pakisjaya, dan Batujaya. Jumlah jiwa yang masih terdampak di 13 desa tersebut sebanyak 14.200 jiwa.

“5.622 jiwa masih mengungsi dan 4.334 rumah masih terendam,” ujarnya.

Meski berangsur surut, ia mengaku pihaknya masih tetap bersiaga mengantisipasi banjir yang mungkin kembali datang. Posko siaga bencana pun masih tetap didirikan di titik-titik rawan banjir sebelumnya. Apalagi saat ini masih masuk musim hujan.

“Petugas masih siap dengan dapur umum. Posko bencana masih siaga. Ini juga sejalan dengan status tanggap darurat bencana selama 14 hari,” tuturnya.

Ia menambahkan banjir di Karawang kali ini memang cukup besar dengan hampir sebagian besar wilayah terdampak. Ia mengatakan curah hujan tinggi menjadi faktor utama banjir sedemikian besar. Selain itu menurutnya, resapan air yang berkurang ditambah banyaknya sampah membuat air menggenang di permukaan. Aliran air di sungai dan saluran irigasi juga tidak tertampung disebabkan pendangkalan. Oleh karena itu normalisasi sungai menjadi sebuah upaya yang akan dilakukan mengantisipasi luapan air ke depannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement