Senin 24 Feb 2020 12:09 WIB

Kemenlu Masih Tunggu Informasi Penderita Corona dari Jepang

Informasi di antaranya terkait di mana saja lokasi yang wisatawan tersebut kunjungi.

Rep: Puti Almas/ Red: Ratna Puspita
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya seorang pria asal Jepang yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona baru setelah berkunjung ke Indonesia pada 15 Februari masih diselidiki oleh pihak berwenang, termasuk Indonesia. Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ibu Kota Tokyo masih mengupayakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Informasi di antaranya terkait di mana saja lokasi yang wisatawan tersebut kunjungi, serta bagaimana kemungkinan penularan virus terjadi. “KBRI Tokyo masih mengupayakan informasi lebih lanjut dari Pemerintah Jepang," kata dia juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah kepada Republika.co.id, Senin (24/2). 

Baca Juga

"Dari Kementerian Kesehatan juga ada kerjasama dalam berbagi informasi dengan Kementerian Kesehatan Jepang, yang artinya instansi manapun yg mendapatkan informasi lebih awal akan saling memberitahukan,” ujar dia.

Dirjen PWNI Kemenlu Judha Nugraha juga mengatakan otoritas Jepang belum memberitahukan mengenai identitas dari warganya yang terinfeksi virus corona. Warga itu diketahui sempat melakukan perjalanan ke Indonesia.

Sebelumnya, berdasarkan laporan dari NHK, warga Negeri Matahari Terbit yang merupakan pria berusia 60 tahun terinfeksi COVID-19 setelah berkunjung ke Indonesia pada 15 Februari. Ia sempat mengeluhkan gejala demam dan flu pada 12 Februari. 

Hingga kemudian pada 13 Februari, pria tersebut diizinkan pulang dan menghabiskan waktu di rumah hingga 14 Februari dan pada 15 Februari pergi ke Indonesia bersama keluarganya. Saat kembali ke Jepang pada 19 Februari, ia langsung dirawat di rumah sakit karena mengalami dispnea atau kesulitan bernapas. 

Pemerintah Jepang dalam sebuah keterangan pers mengatakan kemungkinan pria itu tidak tertular virus di Indonesia. Namun, ia juga tidak memiliki riwayat perjalanan ke daratan China, khususnya Provinsi Hubei atau Zhejiang dalam 14 hari terakhir. 

Jepang menjadi negara kedua yang memiliki kasus virus corona jenis baru terbanyak setelah daratan Cina. Tercatat hingga Ahad (23/2), ada 751 kasus infeksi COVID-19 dan tiga kematian di negara itu. 

Jumlah ini meningkat pesat setelah ditemukannya COVID-19 di kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama, hingga kemudian karantina dengan cepat dilakukan. Setidaknya 600 kasus positif virus corona jenis baru ditemukan di kapal yang memiliki lebih dari 3.000 penumpang dari berbagai negara tersebut.

Sebagian penumpang yang dinyatakan negatif dari COVID-19 di Diamond Princess telah diturunkan pada 19 Februari dan 21 Februari. Sejumlah negara juga telah mengevakuasi warganya.

Sebagian besar anggota awak kapal pesiar dan penumpang yang belum menyelesaikan karantina selama 14 hari, di antaranya karena melakukan kontak lebih baru dengan orang yang terinfeksi virus corona masih harus berada di kapal. Namun, Pemerintah Jepang mengatakan akan membawa mereka seluruhnya ke fasilitas kesehatan di darat untuk dikarantina secara terpisah. 

Hingga saat ini, jumlah kasus infeksi VOVID-19 secara global telah melampaui 78 ribu, yang hampir 99 persen berada di daratan Cina. Jumlah pasien tewas tercatat mencapai 2.466 orang, yang jauh melampaui wabah SARS (sindrom pernapasan akut) pada 2002/2003 yang menewaskan 774 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement