Senin 24 Feb 2020 00:10 WIB

Dukung Program Citarum Harum, Jasa Tirta II Cegah Bencana

Kelestarian Situ Cisanti menjadi hal yang vital bagi Sungai Citarum.

Rombongan BNPB Pusat, Doni Monardo;   dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Sadzily;  bersama Dirut Perum Jasa Tirta 2, U Saefudin  Noer.
Foto: Dok PJT 2
Rombongan BNPB Pusat, Doni Monardo; dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Sadzily; bersama Dirut Perum Jasa Tirta 2, U Saefudin Noer.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUPATEN BANDUNG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat Letjen Doni Monardo bersama Wakil Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia TB H  Ace Hasan Syadzily  meninjau secara langsung kondisi pembibitan dan Situ Cisanti sebagai mata air Sungai Citarum di Desa Tarumajaya,  Kecamatan  Kertasari,  Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (22/2).

“Kelestarian Situ Cisanti menjadi hal yang vital bagi Sungai Citarum.  Karena itu Jasa Tirta II sebagai salah satu BUMN yang memiliki otoritas dalam hal ini secara rutin melakukan pemeliharaan di situ tersebut,” kata Direktur Utama  Jasa Tirta II,  U  Saefudin Noer, dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Menurut TB  H Ace Hasan Syadzily, kunjungan ke hulu Sungai Citarum ini merupakan salah satu bentuk pencegahan bencana dengan memperhatikan kondisi hulu sungai. 

"Kami Komisi VIII DPR RI sedang merevisi Undang-Undang penanggulangan bencana. Salah satu poin penting bagaimana melibatkan semua komponen masyarakat seperti TNI-Polri, Pemerintah pusat dan daerah, BUMN, pabrik dan masyarakat bisa bersinergi untuk melakukan pencegahan bencana salah satunya dengan memelihara hulu sungai,"ucap Hasan Syadzily.

Ia menambahkan, manajemen pengendalian bencana akan bisa dilakukan dengan upaya pencegahan yang dilakukan sebaik-baiknya. Daerah-daerah kritis bencana seperti hulu Sungai Citarum bukan hanya berakibat kepada Kabupaten Bandung saja, tetapi sampai ke Jakarta.

Sungai citarum ini menjadi sumber mata air di Indonesia. Maka dari itu penyelesaian penanggulangan bencana harus dilakukan dari level pencegahan dengan mengidentifikasi daerah-daerah yang memang menjadi sumber dari terjadinya bencana tersebut. 

Dalam kunjungan kerjanya ke Situ Cisanti, Kepala BNPB Pusat dan Komisi VIII DPR RI didampingi oleh Saefudin Noer, Kasdam III Siliwangi, Brigjen Dwi Jati;  Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Jabar,  Eddy Iskandar Muda Nasution, dan  Ketua Harian Satgas Citarum, Harum Dedi Kusnadi Thamim.

“Salah satu bentuk pencegahan bencana yg dilakukan Jasa Tirta II adalah dengan memelihara kebersihan di Situ Cisanti agar senantiasa terjaga dan asri serta dapat terus mengaliri Sungai Citarum,” ucap Saefudin Noer.

Ia menambahkan, Jasa Tirta II bukan hanya membersihkan situ Cisanti, tetapi juga bersinergi menjaga kawasan resapan air bersama Perhutani dan PTPN VIII serta gotong royong dengan masyarakat.

Banjir yang kerap kali meluap dari Sungai Citarum, salah satunya akibat daerah resapan air yang berkurang. 

"Selain operasi dan pemeliharaan wilayah sungai Citarum dan sebagian Ciliwung- Cisadane, Jasa Tirta II secara aktif melakukan gerakan konservasi. Pada tahun 2020 ini, bersama Satgas Citarum Harum , Jasa Tirta II akan melakukan penanaman 1 juta bibit pohon di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum untuk menambah resapan air,"kata Saefudin Noer. 

Tak hanya itu, Jasa Tirta II juga memiliki program konservasi seperti penanaman pohon, program biogas berbasis pemberdayaan masyarakat, penataan sungai-sungai mati (oxbow) dan kegiatan operasi dan pemeliharan di DAS Citarum yang termasuk wilayah kerja Jasa Tirta II.

Program biogas berbasis pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mengatasi pencemaran kotoran ternak di Sungai Cisangkuy sebagai salah satu anak Sungai Citarum melalui aplikasi biogas untuk pengelolaan limbah. Selain untuk mengurangi pencemaran, program biogas juga didorong untuk dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi para peternak. 

“Untuk mendukung program Citarum Harum, Jasa Tirta II melakukan operasi dan pemeliharaan di DAS Citarum, seperti pengangkatan eceng gondok, pengerukan sedimentasi, babadan rumput, konservasi di waduk, bendung, saluran-saluran,” pungkas Saefudin Noer.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement