Sabtu 22 Feb 2020 00:02 WIB

Ini Daftar Siswa yang Meninggal di Sungai Sempor

BPBD masih mencari empat siswa lain yang terseret arus sungai.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Friska Yolanda
Suasana koordinasi pencarian korban hanyut di Sungai Sempor,  Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Jumat (21/2).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Suasana koordinasi pencarian korban hanyut di Sungai Sempor, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Jumat (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Yogyakarta masih mencari murid yang meninggal dunia akibat luapan dan arus deras Sungai Sempor yang terjadi pada Jumat (21/2) sore. BPBD mengatakan, enam murid lain mengalami luka ringan, sedang empat lain masih dalam pencarian.

"Lebih dari 180 personel dari personel gabungan masih melakukan pencarian murid yang masih harus dikonfirmasi keberadaannya," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/2).

Baca Juga

Agus mengatakan, personel gabungan masih menyusuri tepian sungai untuk mencari murid yang masih hilang meskipun dalam kondisi hujan gerimis. Dia melanjutkan, sebanyak 239 murid yang selamat dari insiden telah terdata oleh pihak sekolah dan tim gabungan.

Berdasarkan keterangan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Joko Suprianto, Agus mengatakan, insiden tersebut bermula saat 250 murid SMP Negeri 1 Turi melakukan kegiatan pramuka dengan menyusuri Sungai Sempor yang berada di Desa Donokerto, Kecamatan Turi. Dia mengatakan, ketika melakukan penyusuran tersebut, arus air tiba-tiba deras dan volume air meningkat akibat kiriman dari hulu sungai.

Lanjutnya, saat ini BPBD Kabupaten Sleman telah mendirikan pos komando di lokasi kejadian dan terus berkoordinasi dengan Basarnas, TNI, Polri, dinas terkait, sukarelawan dan warga setempat. Agus menegaskan, insiden ini menjadi pembelajaran bersama sehingga insiden serupa dapat dihindari.

Menurutnya, apabila akan melakukan kegiatan penyusuran sungai, ini harus dilakukan oleh orang dewasa dan terlatih. Anak-anak dan remaja dilarang untuk melakukan penyusuran sungai mengingat sangat berisiko tinggi.

Dia mengatakan, perlu juga memberitahu aparat pemerintah dan keamanan setempat. Di samping itu, aktivitas penyusuran dilakukan pada saat musim kemarau. Ketika ini dilakukan pada musim hujan, risiko air menjadi tinggi mengingat apabila hujan terjadi di sekitar hulu sungai akan berdampak pada arus dan volume air sungai hingga ke bagian hilir.

Berikut ini nama-nama murid yang menjadi korban dalam insiden penyusuran sungai:

1. Sifia Aulia, Kelas 8, alamat Sumberejo

2. Arisma, Kelas 7, alamat Ngentak Tepan

3. Nur Azizah, Kelas 8, alamat Kembang Arum

4. Latifa, alamat Kembang Arum

5. Belum teridentifikasi

6. Belum teridentifikasi

7. Evita

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement