Rabu 26 Feb 2020 16:37 WIB

Alumni SMPN 1 Turi Tekankan Evaluasi Menyeluruh

Polres Sleman masih terus melakukan penyidikan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Relawan trauma healing melakukan registrasi siswa di SMPN 1 Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (24/2/2020). Trauma healing dari petugas gabungan Polisi, BPBD, Kemensos, mahasiswa hingga relawan itu menjadi upaya untuk memulihkan kondisi mental para korban susur Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020).
Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Relawan trauma healing melakukan registrasi siswa di SMPN 1 Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (24/2/2020). Trauma healing dari petugas gabungan Polisi, BPBD, Kemensos, mahasiswa hingga relawan itu menjadi upaya untuk memulihkan kondisi mental para korban susur Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Belajar dari insiden yang menimpa siswa dan siswi SMP Negeri 1 Turi, Sleman, alumni menekankan hal yang paling penting dilakukan yakni evaluasi yang menyeluruh. Dalam hal ini evaluasi terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) seluruh kegiatan di SMPN 1 Turi, Sleman.

"Kita harus melakukan evaluasi terhadap prosedur dan protab (prosedur tetap/SOP) kegiatan outing (di luar sekolah) bagi siswa baik di sungai ataupun bukan di sungai, faktor keselamatan harus nomor satu," kata alumni SMPN 1 Turi, Huda Tri Yudiana yang juga Wakil Ketua DPRD DIY itu di Kantor DPRD DIY, Yogyakarta, Rabu (26/02).

Hal ini dilakukan agar kejadian serupa tidak terjadi ke depannya. Dari peristiwa tersebut, 10 siswa meninggal dunia.

"Kita semua berdoa dan berusaha agar peristiwa ini tidak pernah terulang lagi. Pelajaran yang sangat menyakitkan bagi kita semua," kata Huda.

Seperti diberitakan sebelumnya, Polres Sleman merilis tersangka insiden susur sungai SMP 1 Turi Sleman di Mapolres Sleman, Selasa (25/2) kemarin. Tiga tersangka yakni berinisia IYA yang merupakan guru SMPN 1 Turi, DDS, dan R.

Walaupun sudah merilis tiga tersangka, Polres Sleman masih terus melakukan penyidikan. Sehingga, jumlah tersangka masih bisa bertambah.

Selain mengakibatkan 10 siswi meninggal dunia, kegiatan Pramuka dengan menyusuri Sungai Sempor ini juga menyebabkan puluhan siswa dan siswi luka-luka. Selain itu, kegiatan tersebut dilakukan hanya berbekal tanda tangan kepala sekolah yang lama.

Bahkan, tersangka IYA baru memasukkan item kegiatan susur sungai di Sungai Sempor pada Kamis (20/2) malam ke grup WhatsApp Dewan Penggalang. Berisi dewan-dewan pembina, dan 23 anak-anak kecil Kelas 8 yang diseniorkan.

"Yang punya KMD (Kursus Mahir Dasar) cuma tiga orang (dari tujuh pembina), yang nyemplung (turun ke sungai) itu baru Januari ikut jadi dewan pembina pramuka," kata Kasat Reskrim Polres Sleman, AKB Rudi Prabowo.

 

 

Silvy Dian Setiawan 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement