Kamis 20 Feb 2020 15:08 WIB

Bukannya Ikan, Nelayan Teluk Lampung Justru Jaring Sampah

Masyarakat Bandar Lampung gemar membuang sampah rumah tangga dan pabrik ke sungai

Rep: mursalin yaslan/ Red: Hiru Muhammad
Tampak nelayan di wilayah Sukaraja, Bandar Lampung sedang berada diatas tumpukan sampah di tepi pantai
Foto: dok Mursalin Yaslan
Tampak nelayan di wilayah Sukaraja, Bandar Lampung sedang berada diatas tumpukan sampah di tepi pantai

REPUBLIKA.CO.ID, SUKARAJA -- Tebaran sampah plastik yang lama belum hilang, sudah datang sampah plastik limbah rumah tangga yang baru. Itulah pemandangan sehari-hari masyarakat nelayan pesisir Teluk Lampung, yang bergelut dengan aneka sampah di pesisir Teluk Lampung.

Nelayan di Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung tak mampu lagi menangkap ikan yang banyak seperti dulu. Hasil tangkapan ikan merosot, pendapatan ikut menurun. Jaring-jaring nelayan yang ditebar di tengah laut, saat ditarik ke daratan berisi kantong plastik, botol kemasan, styrofoam (wadah makanan disamakan plastik), dan lainnya.

“Kalau ikan yang masuk jaring sedikit sekali, kalaupun ada ikannya kecil-kecil, yang banyak sampah-sampah plastik,” kata Muhammad Irwan (38 tahun), nelayan payang Kelurahan Sukaraja, Bumiwaras, Bandar Lampung, Kamis (20/2).

Istilah nelayan payang yakni beberapa nelayan ke tengah laut menggunakan perahu untuk menebar jaring yang lebar. Setelah menunggu seperempat jam, empat atau lima orang nelayan mulai menarik tali jaring yang telah di tebar di laut tadi. Sekitar 10 menit sampai 15 menit, jaring tersebut tiba di bibir pantai. Nelayan mulai memungut ikan yang terjaring.

Irwan menuturkan, sebelum banyak sampah plastik di laut pesisir Teluk Lampung, sekali tarik jaring nelayan banyak mendapat ikan hingga puluhan sampaih ratusan kilogram. Tak hanya ikan yang terjaring, beragam jenis ikan, rajungan, dan cumu selalu dapat.

Sejak sampah plastik menjamur di pesisir Teluk Lampung, nelayan payang tak bisa berbuat apa-apa lagi. Sampah menumpuk tak bisa diangkut, ikan-ikan banyak mati dan kabur, sehingga jala nelayan yang ditebar di tengah laut menjaring sampah plastik.

Ketua Komunitas Nelayan Sukaraja (KNS) Maryudi menyatakan, musim penghujan menjadikan sampah di pesisir Teluk Lampung volumenya meningkat. Air kali (sungai) di dalam kota bermuara di Teluk Lampung. Sampah-sampah dari limbah rumah tangga dan pabrik-pabrik yang ada di kota masuk semua ke laut tanpa ada penyaring.

Selagi musim kemarau saja, sampah plastik yang di kampung nelayan Sukaraja sudah menumpuk tak tertanggulangi, saat musim penghujan seperti sekarang, sampah-sampah plastik berdatangan lagi. Maryudi telah meminta Pemkot Bandar Lampung dan Pemprov Lampung segera mengatasi masalah sampah plastik yang terus menumpuk ini.

Tradisi buruk masyarakat Kota Bandar Lampung masih senang membuang sampah rumah tangga dan pabrik ke dalam sungai. Pada saat musim kemarau, sebagain warga mengambil jalan pintas membuang sampah di sungai karena airnya kering. Ketika musim hujan, sungai meluap dan banjir, dan sampahnya masuk laut.

Masalah sampah khususnya di Kota Bandar Lampung sudah makin parah. Berdasarkan catatan //Republika//, sampah yang dihasilkan masyarakat Lampung terutama dalam kota sudah sangat akut. Tercatat, produksi sampah masyarakat di Lampung yang berjumlah sembilan juta jiwa lebih sudah mencapai 7.200 ton per hari. Dari jumlah tersebut, sekira 3,5 persen sampah dibuang masyarakat ke sungai dan bermuara ke laut.

Wakil Gubernur (Wagub) Lampung Chusnunia beserta jajaran terkait telah mendatangi kawasan kampung nelayan Sukaraja. Bahkan, Wagub melakukan dialog dengan beberapa nelayan terkait dengan sampah-sampah plastik yang mengganggu kehidupan dan kesehatan nelayan dan keluarga sehari-hari.

Kedatangan Wagub tersebut, setelah sempat isunya viral di media sosial karena sampah-sampah plastik telah menutupi sebagian perairan Teluk Lampung dan meresahkan warga kampung nelayan Sukaraja.

Kunjungan wagub pada 12 Juni 2019 tersebut, telah menginstruksikan agar segera melakukan kajian dan solusi terhadap sampah-sampah plastik di pesisir Teluk Lampung. “Kita akan mengkaji apa saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita. Jangan sampai keputusan yang diambil nanti membuat nelayan dan masyarakat keberatan,” kata Wagub Lampung Chusnunia saat berdialog dengan seorang nelayan payang di Sukaraja.

 Persoalan sampah di pesisir Teluk Lampung, membuat PT Pelindo II Cabang Lampung menyumbangkan satu kapal untuk mengangkut sampah di perairan teluk tersebut. Kapal yang bernama “Telok Betong” tersebut, pada saat peresmian 31 Juli 2019, akan beroperasi 24 jam untuk menyisir sampah-sampah pesisir.

General Manajer PT Pelindo II Cabang Panjang Drajat Sulistyo berharap tak hanya pelindo, tapi semua pihak harus turun tangan mengatasi masalah sampah di pesisir Teluk Lampung. Dia berharap Pemprov Lampung dan Pemkot Bandar Lampung, serta pihak ketiga lainnya dapat menambah jumlah kapal pengangkut sampah, agar masalah sampah pesisir cepat teratasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement