REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkap adanya fenomena pemodal besar atau orang terkaya yang kerap merapat ke partai politik (parpol) setiap kali menjelang agenda suksesi kepemimpinan seperti musyawarah nasional (munas), kongres, ataupun muktamar. Bahkan, pemodal mendekati calon ketua umum parpol dengan dana Rp 1 triliun.
Para pemodal itu, kata Bamsoet, ingjn menancapkan pengaruhnya di partai politik. "Saya lebih khawatir bukan oligarki, tapi penguasaan partai politik oleh orang modal dan asing. Sadarkah kita setiap menjelang munas, kongres, pemodal itu mengintip," kata Bamsoet saat peluncuran Nagara Institute, Senayan, Jakarta, Senin (17/2).
Bamsoet pun mengatakan, wajar bila para pemodal mengincar parpol. Pasalnya, Parpol di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam tata kelola negara. Sehingga, pemodal tersebut mengincar calon-calon atau tokoh potensial di partai untuk menancapkan pengaruh di pemerintahan.
"Untuk menguasai Indonesia, enggak perlu kapal perang dan kapal selam, tapi cukup menguasai parpol. Ikut tiap mereka akan munas, tempel atau dekati calon calonnya. Kuasai dia. Modalnya saya yakin, enggak sampai atau semahal-mahalnya mahalnya Rp 1 triliun, Ini pengalaman," ucap Bamsoet yang juga pernah menjadi caketum Golkar itu.
Parpol memiliki wewenang untuk menempatkan kadernya di DPR pusat hingga daerah RI yang memiliki kuasa membuat undang-undang. Parpol juga memiliki kuasa mengusung calon pemimpin dari pusat ke daerah. Bahkan, Parpol pula yang paling besar berpeluang dalam menempatkan kadernya sebagai menteri, bila memenangi pemilu.
"Kalau partai dikuasai, maka dia menguasai parlemen, maka dia kuasai negara. Partai itu yang mengusung capres, cabup, dan cawalkot," ujar Bamsoet menambahkan.
Direktur Eksekutif Nagara Institute Akbar Faisal menyebut sebanyak 50 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes memiliki kaki di partai politik (politik). Para orang terkaya itu dinilai sebagai pemodal yang ingin menancapkan pengaruh di pemerintahan Indonesia.
“Dari 50 orang ini yang kami temukan semua kakinya ada di partai politik. Si A punya kaki di partai ini, si B punya kaki di partai ini,” kata Akbar dalam acara Peluncuran Nagara Institute dan pemaparan riset di Gelora, Jakarta pada Senin (17/2).
Akbar Faisal tak merinci tokoh manapun atau menyebut secara rinci partai mana yang ia maksud. Namun, Eks Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Nasdem ini menerangkan, 50 orang terkaya itu kerap bergerak menjelang penyelenggaraan agenda suksesi kepemimpinan partai politik.
Agenda politik yang dimaksud misalnya musyawarah nasional (munas), kongres, atau muktamar. "Banyak cara yang mereka lakukan,” ucap Akbar.