Selasa 11 Feb 2020 18:29 WIB

Balita Empat Tahun Koma Digigit Ular

Balita korban gigit ular saat ini dirawat di RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nora Azizah
Seorang balita berumur empat tahun ‎asal Kecamatan Pamengkang, Kabupaten Cirebon, mengalami koma setelah digigit ular berbisa (Foto: ilustrasi balita)
Foto: Pixabay
Seorang balita berumur empat tahun ‎asal Kecamatan Pamengkang, Kabupaten Cirebon, mengalami koma setelah digigit ular berbisa (Foto: ilustrasi balita)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Seorang balita berumur empat tahun ‎asal Kecamatan Pamengkang, Kabupaten Cirebon, mengalami koma setelah digigit ular berbisa. Dinas Kesehatan setempat pun telah memberikan pelatihan kepada para dokter dan menyiapkan serum penawar bisa ular.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni, menjelaskan, bocah perempuan itu digigit ular berbisa di kediamannya pada Sabtu (8/2). Dua bekas gigitan ular terlihat di bagian telapak kakinya.

Baca Juga

"Saat ini kondisinya masih koma," ujar Enny, di Puskesmas Pamengkang, Kabupaten Cirebon, Selasa (11/2).

Bocah tersebut saat ini masih dirawat di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati Kota Cirebon. Wakil Dirut Pelayanan RSD Gunung Jati Kota Cirebon, Maria, menyatakan, hingga kini belum bisa memastikan jenis ular yang menggigit bocah tersebut.

Pasalnya, berdasarkan hasil analisa, toksin yang menyerang tubuh bocah itu berbeda dengan toksin yang ada pada ular weling maupun kobra.

"Dikhawatirkan jenis ularnya merupakan hasil perkawinan silang," tutur Maria, di RSD Gunung Jati, Selasa (11/2).

Maria menjelaskan, bocah tersebut saat ini masih koma di ruang PICU. Toksin ular tersebut diketahui menyerang sel saraf atau neurotik dan sel darah bocah itu. Jumlah sel darah korban pun mengalami penurunan.

"Kami upayakan segala perawatannya," tukas Maria.

Hal senada diungkapkan Enny. Dia mengatakan, instansinya bersama pihak RSD Gunung Jati juga sepakat mengundang dokter spesialis emergensi dari WHO yang bertugas di Kemenkes, yakni Tri Maharani, untuk membantu menangani korban.

Selain itu, lanjut Enny, pihaknya juga sekalian mengumpulkan para dokter untuk mengikuti sosialisasi tentang penanganan pertama terhadap korban gigitan ular. Sosialisasi tersebut disampaikan langsung oleh Tri Maharani.

Enny menambahkan, pelatihan penanganan kasus gigitan ular berbisa itu diprioritaskan kepada para dokter fungsional yang bertugas di puskesmas terdampak banjir. Di antaranya, Kaliwedi, Susukan, Bunder, Pangkalan, Ciledug, Babakan, Astanalanggar, Gembongan, Losari, Mundu, Gunungjati, Jagapura, dan Waled.

Tak hanya itu, Dinkes Kabupaten Cirebon juga telah menyiapkan 100 vial serum penawar bisa ular. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya kasus serupa.

"Kami juga meminta masyarakat tak panik (saat ada kejadian gigitan ular) dan segera membawa korban ke puskesmas terdekat," tandas Enny. N lilis sri handayani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement