REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Sempat koma selama lima hari akibat digigit ular, seorang balita asal Desa Pamengkang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Adila Oktavia (4 tahun), akhirnya meninggal dunia.
Bocah tersebut menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati, Kota Cirebon, Rabu (12/2) malam. Dia sebelumnya dirawat intensif dalam keadaan koma di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) rumah sakit tersebut sejak Sabtu (8/2) dini hari.
‘’Meninggalnya (Rabu) sekitar pukul 20.30 WIB. Kami langsung bawa pulang pakai ambulance,’’ ujar Mukmin (27 tahun), ayah kandung Adila, Kamis (13/2).
Mukmin menjelaskan, kondisi putrinya itu menurun pada Rabu (12/2) sore. Tim medis pun telah berupaya maksimal untuk menyelamatkan nyawa sang bocah. Namun, semua upaya tim medis tak mampu menyelamatkan hidup bocah tersebut.
Kematian Adila menimbulkan duka yang mendalam bagi keluarganya. Jenazah bocah tersebut dimakamkan di pemakaman umum setempat, Kamis (13/2).
Adila digigit ular berbisa saat tengah tidur di rumahnya pada Jumat (7/2) sekitar pukul 23.30 WIB. Awalnya, Mukmin dan istrinya, Rusmiyati (24) dibuat terkejut saat mendengar Adila menangis dan menjerit. Ternyata, ada ular di kaki anak mereka.
Ular tersebut kemudian ditangkap dan dibunuh oleh Mukmin. Mereka sebelumnya tidak menyadari bahwa ular tersebut telah mengigit Adila. Mereka baru menyadarinya setelah melihat kaki Adila berdarah dan ada bekas gigitan ular. Mereka pun membawanya ke rumah sakit.
Tim dokter sebelumnya sempat kesulitan mengidentifikasi jenis ular yang menggigit Adila. Mereka bahkan harus mengundang dokter spesialis emergensi dari WHO yang bertugas di Kemenkes, yakni Tri Maharani. Akhirnya barulah terungkap jenis ularnya, yakni ular weling (Bungarus candidus) yang hidup di wilayah Cirebon.
‘’Ular weling, jenis yang baru. Hidupnya di wilayah Cirebon, Bungarus candidus Cirebon,’’ kata Wakil Direktur Pelayanan RSD Gunung Jati, Maria.
Bisa ular tersebut diketahui menyerang sel saraf atau neurotik dan sel darah bocah itu. Jumlah sel darah korban pun mengalami penurunan.
‘’Gejalanya bukan hanya neurotoxic, tapi hemotoxic juga,’’ kata Maria.