Senin 10 Feb 2020 20:53 WIB

Cicit KH Ahmad Dahlan Inisiasi Museum Muhammadiyah

Dakwah merupakan pesan dan amanat dari leluhurnya.

Rep: Imas Damayanti/Syalaby Ichsan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pembangunan Museum Muhammadiyah. Proyek pembangunan Museum Muhammadiyah di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jumat (31/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Pembangunan Museum Muhammadiyah. Proyek pembangunan Museum Muhammadiyah di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jumat (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagai salah satu organisasi masyarakat (ormas) Islam tertua di Indonesia, Muhammadiyah telah menoreh sejarah panjang dalam mengisi perjalanan kehidupan bangsa hingga kini. Diraihnya kemerdekaan tak membuat semangat itu tak lantas padam. Jiwa-jiwa baru kerap bermunculan untuk menghentak dakwah Muhammadiyah.

Salah satu pembawa lentera dakwah Muhammadiyah adalah sang cicit pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, Widyastuti. Sepak terjang perempuan yang kerap di sapa dengan sapaan Wiwied ini hampir dapat ditemui di semua lini dakwah Muhammadiyah.

Yang terbaru, Wiwied tengah menuntaskan pembangunan Museum Muhammadiyah di Yogyakarta yang menjadi sektor amaliah baru bagi ormas tersebut. Menurut Wiwied, pendirian Mu seum Muhammadiyah telah diinisiasi dan direncanakan sejak 2007. Pada kurun 2018-2019, pembangunan fisik Museum Muhammadiyah pun dipersiapkan.

Dia menyebut, pembangunan itu meliputi konten, soft launching, dan juga sosialisasi kepada seluruh kader Muhammadiyah baik yang ada di lingkup nasional maupun internasional. "Target nya tahun 2020 ini selesai (pembangunan Museum Muhammadi yah), doakan ya," kata Wiwied saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.

Secara garis besar, perencanaan pembangunan fisik Museum Muhammadiyah terdiri atas berbagai ruangan dari empat lantai yang ada. Adapun konten museum nantinya, kata dia, akan bercerita tentang lintasan sejarah Muhammadiyah, peran kebangsaan dan keumatan, serta dinamika organisasi Muhammadiyah.

Muhammadiyah dikenal masyarakat luas sebagai sebuah ormas yang sarat dengan nilai amaliahnya. Ormas ini bergerak di segala lini dari sektor keagaaman, kebangsaan, sosial, hingga ekonomi. Untuk itu, menurut dia, konten museum nantinya akan berusaha menonjolkan sisi nilai yang sarat dengan pergerakan Muhammadiyah itu sendiri. Yang tidak kalah penting, ketokohan para aktivis Muhammadiyah yang bergerak di wilayah akan muncul di museum tersebut.

"Karena kita pernah inisiasi tulis sebuah sejarah tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ada di daerah, masya Allah sekali perjuangan mereka terhadap dakwah, sarat nilai. Inilah yang ingin kita tampilkan," ungkap dia.

Adapun storyline di Museum Muhammadiyah, kata dia, akan mengulas tentang dinamika or gani sasinya. Linimasa itu akan menceritakan lahirnya Muhammadiyah dari Yogyakarta lalu bergerak ke Sumatra Barat. Tak lupa pergerakan di Jawa Timur, Jawa Barat, penyebaran di seluruh nusantara, hingga pergerakan Muhammadiyah menembus dunia internasional.

Yang menarik, dia menjabarkan, meski Jawa Timur merupakan basis organisasi Nahdlatul Ulama (NU), para ulama masa lalu dari kalangan NU cukup antusias dengan berkembangnya Muhammadiyah. Para pemuda Muhammadiyah yang ada di wilayah Jawa Timur pun dinilai tak segan meminta masukan kepada para sepuh dan ulama-ulama NU. "Jadi, menariknya, NU dan Muhammadiyah di Jawa Timur itu saling mengisi. Konsep keagamaan, kebangsaan, dan persatuan ini kental sekali," ujar dia.

Selain itu, catatan penting yang terus dikembangkan adalah mengisi kemerdekaan dengan perekonomian. Sebagai ormas yang salah satunya digagas oleh kaum saudagar, Muhammadiyah kata dia, telah memiliki organisasi bernama Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JS M). JSM ter sebut kini tengah digenjot perannya untuk bisa makin berjejaring. "Dulu Muhammadiyah digagas oleh saudagar, nilai-nilai ekonomi umat ini dikembangkan dan akhirnya memberi kontribusi kepada bangsa," ujarnya.

Secara garis besar, dia menyebut bahwa Museum Muhammadiyah bertujuan untuk transformasi nilai kepada bangsa. Perjalanan Muhammadiyah selama ini merupakan sebuah perjalanan dakwah dan organisasi yang ikhlas untuk seluas-luasnya kebaikan umat dan bangsa. "Insya Allah, pulang-pulang dari Museum (Muhammadiyah) nanti, para pengunjung bawa banyak oleholeh. Nilai-nilai itulah oleh-oleh nya," ungkap dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement