REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan buka suara terkait peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus Corona. Pasalnya, negara dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa ini belum mengonfirmasi satu pun pasien dengan diagnosis positif terjangkit virus Corona.
Keraguan ini ditambah dengan hasil riset yang disampaikan peneliti Universitas Harvard di Amerika Serikat yang memprediksi ada pasien positif virus Corona yang tidak terdeteksi di Indonesia. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan dr Siswanto membantah keraguan yang disampaikan lembaga dunia tersebut.
Siswanto menjelaskan, Indonesia memiliki fasilitas yang lebih dari cukup untuk mendeteksi virus Corona. Selain fasilitas laboratorium yang memadai, tenaga kesehatan Indonesia juga diyakini memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan seluruh protokol yang diterapkan WHO.
Siswanto justru meragukan hasil riset yang disampaikan Universtas Harvard terkait 'bocornya' deteksi virus Corona di Indonesia. Siswanto memandang metode penelitian yang digunakan oleh periset dari AS sebagai model matematika. Pemodelan yang dilakukan menggunakan pola penyebaran internasional sebagai variabel penelitian. Hasilnya, Indonesia dituding seharusnya memiliki enam pasien terkonfirmasi positif virus korona.
"Model matematis untuk memprediksi, sekali lagi memprediksi. Bisa terjadi bisa enggak," jelas Siswanto.
Pemerintah, ujar Siswanto, juga menjamin telah melakukan seluruh tahapan pencegahan, pendeteksian, dan tindakan respons terhadap kasus-kasus dugaan virus Corona di Indonesia. Laboratorium yang dimiliki Kemenkes pun, ujarnya, sangat mampu melakukan uji terhadap spesimen untuk memastikan penyebaran virus Corona.
"Lantas, kalau dengan modelling harusnya ada enam kasus tapi kita enggak ada, ya menurut saya ya kita bersyukur saja. Jangan dipaksa supaya sepak bola terus gol. Dan kita sudah teliti dengan benar. Itu hanya prediksi dengan model matematis," jelasnya.
Siswanto juga menegaskan pemerintah Indonesia memiliki pengalaman yang cukup dalam menangani penyakit-penyakit 'new emerging' alias penyakit yang baru muncul akhir-akhir ini. Misalnya, virus H5N1 atau flu burung, pandemi H1N1 pada 2009, MERS Cov atau flu unta, hingga SARS.
"Pada dasarnya dalam memeriksa ini kita menggunakan standar WHO. Dan kita juga diakreditasi oleh WHO dengan menggunakan primer untuk nCov. Jadi saya hanya ingin katakan bahwa selama ini ada berita-berita yang menyangsikan. Jadi kita mampu. Karena kita sudah pengalaman dalam flu burung hingga Mers Cov."
Virus Corona Mengguncang Perekonomian