Senin 10 Feb 2020 13:37 WIB

Pro dan Kontra Terowongan Silaturahim Istiqlal-Katedral

Presiden Jokowi merestui pembangunan terowongan Istiqlal-Katedral.

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (ketiga kanan), Menteri Agama Fachrul Razi (keempat kanan), Mensesneg Pratikno (kanan), Direktur Utama PT Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra (ketiga kiri) dan Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal Asep Saepudin meninjau renovasi Masjid Istiqlal di Jakarta, Jumat (7/2/2020).
Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (ketiga kanan), Menteri Agama Fachrul Razi (keempat kanan), Mensesneg Pratikno (kanan), Direktur Utama PT Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra (ketiga kiri) dan Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal Asep Saepudin meninjau renovasi Masjid Istiqlal di Jakarta, Jumat (7/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Umar Mukhtar, Imas Damayanti, Zainur Mashir Ramadhan

Saat mengunjungi Kompleks Masjid Istiqlal, Jumat (7/2), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap rencana pembangunan terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Jokowi menyebut terowongan itu nantinya merupakan simbol silaturahim antarkedua umat beragama.

Baca Juga

"Ada usulan dibuat terowongan dari Masjid Istiqlal ke Katedral. Tadi sudah saya setujui. Ini menjadi terowongan silaturahim. Tidak kelihatan berseberangan, tapi (terjalin) silaturahim," kata Jokowi di kompleks Masjid Istiqlal, Jumat.

Jokowi juga menargetkan proses renovasi Masjid Istiqlal bisa rampung pada April 2020 atau tepat sebelum bulan Ramadhan. Diharapkan, masyarakat bisa menggunakan kawasan Masjid Istiqlal yang baru saja direnovasi pada Lebaran tahun ini.

"Kita harap sebelum Ramadhan sudah selesai sehingga bisa dipakai," ujar Presiden.

Jokowi menyampaikan, renovasi kali ini merupakan yang terbesar sejak Istiqlal diresmikan penggunaannya pada 1978 atau 42 tahun lalu. Total anggaran yang dipakai sebesar Rp 475 miliar, dengan pengerjaan perbaikan mencakup memoles seluruh lantai, mengganti karpet, memperbarui pencahayaan, hingga sound system. Di eksterior masjid, pemerintah menambah ruang bawah tanah untuk parkir dan merenovasi bentang sungai yang membelah halaman masjid.

"Jadi, pembangunan bukan hanya interior, tapi eksterior semua dibangun. Sungai yang ada diperbaiki sehingga tamannya lebih bagus. Cuma memang pengerjaan hati-hati karena ini warisan pusaka," kata Jokowi.

Renovasi Masjid Istiqlal sudah dilakukan sejak Mei 2019 lalu. Berdasarkan data PT Waskita Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor, hingga 28 Januari 2020 renovasi Masjid Istiqlal telah mencapai 70 persen.

Pengerjaan renovasi kompleks masjid ini termasuk pembangunan taman dan lahan parkir yang lebih luas. Faktor ramah lingkungan pun dipertimbangkan dengan menambah panel tenaga surya sebagai salah satu sumber listrik.

Rencana pembangunan terowongan Masjid Istiqlal-Gereja Katedral disambut baik para kedua agama, yakni Islam dan Kristen. Nantinya terowongan tersebut diproyeksikan bakal menjadi ikon toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, ikon toleransi di Indonesia memang diperlukan. Dia menyebut, rencana pembangunan terowongan yang akan masuk dalam tahap kajian detail.

“Terowongan itu nanti bisa jadi ikon toleransi di Indonesia,” kata Abu saat dihubungi Republika, Jumat (7/2).

Abu menjelaskan, saat ini pihak Masjid Istiqlal sangat mendukung pernyataan Presiden Jokowi dan bakal menindaklanjutinya dengan menggandeng elemen-elemen berbeda. Adapun, teknis pembangunan proyek terowongan tersebut dinilai bakal mempertimbangkan sejumlah aspek.

Antara lain kontur tanah, kesiapan saluran air, dan teknis pembangunan lainnya. Kesiapan tersebut dibutuhkan agar pembangunan nantinya dapat menjadikan ikon toleransi yang dapat berlangsung secara terus-menerus.

“Detailnya mungkin nanti orang PUPR (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) yang desain, kita beri masukan-masukan saja jika dibutuhkan,” ungkapnya.

Sedangkan untuk pendanaan, pihaknya mengaku belum mengetahui lebih jauh sumber dana yang akan digunakan. Namun, besar kemungkinan sumber dana tersebut berasal dari kas negara sebagaimana proyek pembangunan Masjid Istiqlal yang juga menggunakan dana tersebut.

Status Masjid Istiqlal sebagai aset nasional, kata dia, menjadi hal alasan kuat penggunaan kas negara untuk proyek renovasi tersebut. Meski demikian, dia menggarisbawahi, Masjid Istiqlal tak akan membuka kemungkinan penggalangan dana untuk pembangunan Terowongan Silaturrahim ataupun proyek renovasinya.

“Kita enggak akan buka penggalangan dana untuk itu (pembangunan terowongan silaturahim), kalau pun ada orang yang mau menyumbang untuk itu, sepertinya tidak boleh,” kata dia.

Dari sisi efektivitas, pembangunan terowongan silaturahim juga akan meningkatkan efisiensi di berbagai aspek. Lumrah diketahui bahwa selama ini, kata dia, para jemaat Gereja Katedral sering menggunakan halaman parkir Masjid Istiqlal untuk memarkirkan kendaraan ketika hendak beribadat.

Hal itu membuat para jemaat sering kerepotan untuk menyeberang karena harus memutar terlebih dahulu. “Jadi, kalau lewat jalan biasa, itu muter itu para jemaat gereja. Jauh sekali. Jadi, ada yang sudah tua, pakai tongkat, jalan muter-muter kan kasihan,” ungkapnya.

Namun, dengan hadirnya terowongan tersebut nanti, dia berharap para jemaat akan mendapatkan efektivitas waktu dan tenaga yang cukup untuk beribadah. Pun yang tak kalah penting, nilai toleransi dari hadirnya terowongan tersebut akan sangat bermakna.

DMI: Jangan Jauhkan Masjid dari Masyarakat

Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susetyo mengatakan, pembangunan terowongan Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral bakal rampung sebelum Idul Fitri. Dia optimistis target tersebut bakal terealisasi.

“Kalau Presiden sudah bilang sebelum Idul Fitri (rampung), saya rasa tidak meleset. Sebab rekam jejak Presiden terkait infrastruktur selama ini hampir selalu pasti,” kata Romo Benny saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (7/2).

Menurutnya, pembangunan terowongan tersebut telah sesuai dengan cita-cita besar yang telah digagas para pendiri bangsa. Di mana kerukunan antarumat beragama dan toleransi merupakan fondasi kuat yang termaktub dalam Pancasila.

Sehingga, kata dia, ide pembangunan terowongan itu merupakan inisiatif yang jenius dan berpotensi bakal ditiru dunia. Sebab, penghubungan dua bangunan tempat ibadah berbeda belum pernah ada di dunia. “Ikatan persaudaraan yang telah terjalin lama antarumat beragama di Indonesia, bisa diaktualisasikan dengan adanya ikon tersebut. Ini momentum sekaligus ide yang jenius dan bisa ditiru dunia intenasional," ujarnya.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Uskup Agung Ignatius Suharyo, juga mendukung rencana pembangunan terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta. Ignatius mengatakan, sudah ada pembicaraan awal antara masjid Istiqlal dan Katedral soal rencana terowongan silaturahim ini beberapa waktu lalu.

"Karena hubungan yang sudah familiar, pembicaraan itu informal. Ide yang dianggap bagus akhirnya sampai ke presiden," kata Ignatius, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Ahad (9/2).

Ia menambahkan, apa yang disampaikan Presiden Jokowi tentang terowongan silaturahim tersebut adalah kelanjutan dari gagasan awal pendirian Masjid Istiqlal di lokasi saat ini oleh presiden pertama RI Sukarno. Sesuai dengan gagasan Sukarno, Masjid Istiqlal menjadi simbol harmoni dan silaturahim di antara anak bangsa.

Ia mengatakan, terowongan silaturahim itu nantinya bukan sekadar memberi rasa aman bagi para penyeberang jalan, tetapi juga memiliki arti simbolik yang sangat kuat. "Kalau gagasan itu terwujud, akan menjadi monumen abadi yang sangat berarti dan bermakna," katanya.

Berbeda dengan banyak pihak yang mendukung, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj justru mempertanyakan tujuan pembangunan terowongan bawah tanah yang akan menghubungkan antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Kiai Said mengatakan, dirinya tak paham dengan tujuan pembangunan terowongan yang sudah direstui pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo.

"Apa tujuannya saya enggak paham tuh, apa nilai budaya apa nilai agama, apa politik, apa politik. Saya enggak paham, saya pun baru tahu setelah Pak Jokowi, di televisi itu. Harus ada nilai dong, apa nilai budaya apa nilai agama, atau cuma strategi politik?" kata Kiai Said, Gedung PBNU pada Sabtu (8/2).

Kiai Siad pun mempertanyakan penamaan terowongan itu dengan nama silaturahim. "Apakah harus begitu, kan silaturahim itu namanya budaya silaturahim," katanya.

Menurut Said, pembangunan terowongan antara Istiqlal dan Katederal tak perlu. Sebaliknya, menurut dia, akan lebih baik jika dibangun kerja sama di bidang lainnya.

“Baik di bidang teknologi atau ekonomi. Atau berbagi informasi dan saling menjalin kebersamaan sikap, terkait kondisi dalam dan luar negeri,” ujar dia, Ahad (9/2).

Sambung dia, hal tersebut dinilai lebih bermanfaat dan bisa menjaga martabat bangsa ke depannya. Dia menegaskan, pembangunan terowongan antardua rumah ibadah beda agama itu dinilai tidak perlu.

Bahkan, Kiai Said Aqil menyatakan bahwa pembangunan itu tak ada nilainya. “Apa urgensinya terowongan itu?” tanya dia.

Secara umum, terowongan antar rumah ibadah itu dipandang Istana sebagai mobilisasi jamaah dari Istiqlal menuju Katederal atau sebaliknya. Selain tentunya dari pesan simbolik yang disampaikan.

Meski demikian, Kiai Said Aqil mempertanyakan tujuan dari proyek itu. Lebih spesifik ia mempertanyakan proyek itu hanya sebagai strategi politik semata.

“Harus ada nilai,” katanya.

In Picture: Renovasi Masjid Istiqlal

photo
Renovasi Masjid Istiqlal. Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek renovasi Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Senin (18/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement