Kamis 30 Jan 2020 11:54 WIB

Polda Riau Luncurkan Aplikasi Minimalkan Karhutla

Aplikasi ini beri info Karhutla secara akurat untuk deteksi titik koordinat hotspot

Seorang nelayan mencari ikan di tengah pekatnya kabut asap dampak dari karhutla yang menyelimuti kawasan sungai Siak di Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Seorang nelayan mencari ikan di tengah pekatnya kabut asap dampak dari karhutla yang menyelimuti kawasan sungai Siak di Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU  - Polda Riau pada Oktober 2019 telah meluncurkan aplikasi berbasis online Lancang Kuning. Aplikasi ini untuk meminimalisasi dampak Kebakaran Lahan dan hutan (Karhutla).

Kapolda Riau Irjen Pol. Agung Setya Imam Effendi, mengatakan sedikitnya 75 ribu hektare hutan dan lahan di Riau terbakar pada tahun 2019, menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Aplikasi Dashboard Lancang Kuning merupakan terobosan teknologi di era 4.0. Melalui aplikasi ini, pemantauan akan lebih masif dilakukan. Namun pemanfaatan teknologi juga membutuhkan dukungan berbagai pihak, dengan menggandeng relawan dan masyarakat. Selanjutnya, langkah penegakan hukum secara profesional dengan mengolaborasikan sistem, sumber daya manusia dan juga pemanfaatan teknologi," ujar Kapolda, Kamis (30/1).

Dikatakannya, Aplikasi Dashboard Lancang Kuning merupakan suatu sistem penanganan kebakaran hutan secara terukur, terstruktur dan efisien. Aplikasi ini terintegrasi dengan 4 satelit; Terra, Aqua, Lapan, dan Noaa. Dengan demikian aplikasi ini dapat memberikan informasi Karhutla secara akurat untuk mendeteksi titik koordinat hotspot dan melakukan verifikasi di lapangan sehingga memudahkan para petugas melakukan pemadaman.

"Aplikasi Lancang Kuning telah diunduh oleh lebih dari 5.000 pengguna hingga saat ini," kata Jendral berbintang dua ini.

Selain itu aplikasi ini dapat menjadi rujukan untuk memobilisasi petugas di lapangan, peralatan dan sumber daya lain yang digunakan untuk keperluan pemadaman. Anggaran penanganan Karhutla juga bisa mengacu pada data dari aplikasi ini. Dengan adanya aplikasi ini, proses pemadaman dapat lebih efektif, transparan dan akuntabel.

"Sejak Oktober 2019, terbukti dapat dengan efektif mencegah Karhutla meluas lebih besar. Pada awal September 2019, di Riau BMKG mencatat ada 150 titik api/hotspot. Kemudian menurut data BNPB per 22 Oktober 2019, tampak tak ada titik api di Riau," ungkap Kapolda.

Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan agar Karhutla tidak meluas. Karhutla dapat berdampak buruk bagi perekonomian dan juga kesehatan. Pada tahun 2019, kerugian ekonomi Indonesia akibat karhutla mencapai Rp75 triliun menurut BNPB yang merujuk data World Bank. Koordinator Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Riau Dr Suwondo MS memperkirakan, Riau menjadi provinsi yang mengalami kerugian ekonomi paling besar yakni ditaksir mencapai Rp 50 triliun per September 2019.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement