Rabu 29 Jan 2020 09:21 WIB

Total Penderita Corona di China Sudah Lebihi SARS

Sebanyak 132 orang sudah meninggal di China akibat corona.

Pesawat carteran pemerintah Jepang membawa warga Jepang yang dievakuasi dari Wuhan, China, sudah mendarat di bandara Haneda, Tokyo, Rabu (29/1). China melaporkan terus adanya peningkatan jumlah korban virus corona.
Foto: AP
Pesawat carteran pemerintah Jepang membawa warga Jepang yang dievakuasi dari Wuhan, China, sudah mendarat di bandara Haneda, Tokyo, Rabu (29/1). China melaporkan terus adanya peningkatan jumlah korban virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Antara, Muhyiddin

Data terbaru menunjukkan 132 orang telah meninggal akibat virus corona. Total kasus corona yang terkonfirmasi telah mencapai 5.974.

Baca Juga

Dikutip dari South China Morning Post, Rabu (29/1), total jumlah penderita di daratan China itu telah melebih angka penderita SARS yang menjadi epidemik di China pada 2002-2003. Ketika itu 600 orang meninggal akibat SARS di seluruh dunia.

Peningkatan angka kematian akibat corona dibarengi pula peningkatan jumlah kasus baru corona. Sebanyak 840 kasus baru corona ditemukan di Provinsi Hubei saja, tempat Kota Wuhan berada.

Berdasarkan data WHO, sebanyak 5.327 orang di China daratan terkena SARS dalam kurun waktu sembilan bulan. Ketika itu 349 di antaranya meninggal dunia.

Virus corona baru mulai teridentifikasi sejak pertengahan Desember 2019. Artinya, penyakit akibat corona baru merebak satu setengah bulan saja.

Saat ini 3.300 orang dirawat di Provinsi Hubei. Sebanyak 20 ribu orang diobservasi untuk infeksi.

Angka kematian akibat corona terus meningkat. Kebanyakan pasien yang meninggal berusia lebih dari 60 tahun dan memiliki kondisi penyerta, menurut laporan pejabat lokal.

Pakar paru China, Zhong Nanshan, mengatakan, wabah ini belum mencapai titik puncaknya. Perkiraannya titik puncak corona akan terjadi dalam sepekan hingga 10 hari. Ia menambahkan, dugaannya, setelah itu tidak akan ada penambahan masif penderita.

Namun, akademisi di Universitas Hong Kong memprediksi angka infeksi di lima kota besar, yaitu Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzen, dan Chongqing baru akan mencapai puncaknya di akhir April atau awal Mei. Sekarang Tibet bahkan telah melaporkan dugaan infeksi corona. Jika terkonfimasi, berarti akan menjadi kasus pertama, dan artinya virus corona telah merambah setiap provinsi, kawasan, dan daerah di China.

Setidaknya 15 negara di luar China sudah melaporkan kasus konfirmasi corona. Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) menginformasikan terdapat penambahan penderita virus corona di Malaysia sebanyak tiga orang sehingga total positif terjangkit corona menjadi tujuh orang yang semuanya merupakan warga negara China.

Dirjen Kesehatan Malaysia, Datuk Dr Noor Hisham Bin Abdullah mengemukakan hal itu dalam siaran pers yang dirilis di Putrajaya, Rabu (29/1) pagi.

Kasus terbaru berjangkitnya novel coronavirus melibatkan seorang anak berusia empat tahun yang kini dirawat di ruang khusus Rumah Sakit Sultanah Maliha, Langkawi. Lalu seorang laki-laki berusia 52 tahun yang kini dirawat di ruang khusus Rumah Sakit Sultanah Aminah, Johor Bahru.

Sementara, satu kasus positif corona di Rumah Sakit Sungai Buloh. Korban merupakan menantu perempuan penderita pertama kasus corona di Singapura. "Penderita mengambil keputusan untuk menjaga kedua anaknya yang menerima perawatan di ruang khusus rumah sakit tersebut sebelum dipastikan positif corona," katanya.

KKM menyampaikan, mengenai penambahan tiga kasus positif baru 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) ini berdasarkan laporan Crisis Preparedness and Response Centre (CPRC) Kebangsaan pada 28 Januari 2020 malam.

Sehingga jumlah kumulatif positif corona sebanyak tujuh kasus terdiri tiga kasus yang sebelum ini dilaporkan dalam kasus Patient-Under-Investigation (PUI) terjangkit corona dan empat kasus yang sebelum ini dari kalangan dekat.

"Dari 10 Januari 2020 sehingga 28 Januari 2020, jumlah kumulatif kasus PUI bagi terjangkitnya corona adalah 78 orang. Di mana 39 adalah warga negara Malaysia, 36 warga China dan masing-masing satu warga negara Yordania, Brasil, dan Thailand. Tiga kasus telah dinyatakan positif corona, 74 adalah negatif dan satu kasus masih menunggu keputusan laboratorium," katanya.

Mahasiswa Indonesia yang berada di Wuhan, China, juga terus mendapat perhatian. Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok, KH Imron Rosyadi Hamid memastikan bahwa  kondisi mahasiswa NU di China tidak ada yang terkena serangan virus corona.

"Saya kemarin update info ke mereka, tidak ada satu pun mahasiswa kita di sana yang terkena serangan virus itu," ujar Kiai Imron saat dihubungi Republika.co.id.

Sebelum adanya virus corona, menurut dia, mahasiswa NU yang kuliah di Kota Wuhan sudah ada yang pulang ke Tanah Air. Namun, sebagian lainnya sampai saat ini masih bertahan.

"Sepanjang yang kita dapat info dari teman-teman NU di Wuhan, sebagian ada yang sudah pulang berlibur ke Indonesia sebelum berita wabah itu muncul. Sebagian masih tinggal di sana," ujarnya.

Sejak awal munculnya wabah penyakit tersebut, Kiai Imron juga sudah dihubungi oleh Duta Besar RI di Beijing, Djoehari Oratmangun untuk memastikan keadaan mahasiswa-mahasiswa NU di China dalam keadaan baik. Karena itu, dia mengapresiasi kesigapan Kedubes RI di Beijing untuk melindungi mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di China.

"Kita mengapresiasi kesigapan jajaran Kedubes RI dalam mengantisipasi penyebaran virus corona ini," katanya.

Kiai Imron sendiri sudah mengeluarkan imbauan kepada mahasiswa NU di Cina untuk terus berkoordinasi dengan Kedubes dan Konjen RI di sana sehingga bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. "Kami sudah mengimbau kepada teman-teman mahasiswa NU yang sedang berada di China untuk tetap tenang dan selalu koordinasi dengan pihak Kedubes dan Konjen RI jika mengalami hal-hal yang berkaitan dengan isu corona," ujarnya.

photo
Infografis virus corona.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement