REPUBLIKA.CO.ID, Dunia bantuan kemanusiaan dan dunia Islam kehilangan seorang sosok pahlawan kemanusiaan. Pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dr Joserizal Jurnalis tutup usia pada Senin (20/1) pukul 00.38 WIB di usia 56 tahun. Joserizal mengembuskan napas terakhirnya di RS Harapan Kita setelah hampir tiga tahun menderita penyakit jantung.
Para tokoh masyarakat, ulama, pejabat pemerintah, hingga aktivis kemanusiaan turut mengantarkan kepulangan Joserizal ke pangkuan Ilahi. Ia dikebumikan di pemakaman umum Pondok Rangon, Jakarta.
Ada begitu banyak kisah heroik Joserizal yang tersimpan dalam memori sahabat-sahabat seperjuangannya di MER-C, seperti pernah terpaksa mengamputasi tulang korban konflik dengan gergaji kayu hingga mengobati korban perang di antara bisingnya suara ledakan bom dan desing peluru.
Ketua Presidium MER-C Henry Hidayatullah menceritakan aksi heroik sahabatnya ketika bertugas di Maluku. Sekitar tahun 1999 saat terjadi konflik di Maluku, dia dan Joserizal menemui banyak korban konflik tergeletak di sebuah masjid.
"Banyak korban konflik tidak terurus, ada pasien yang terkena panah di bahunya, lima hari di masjid tidak tertangani, di sana kita lakukan operasi mengangkat anak panah dan mengobati korban yang terluka," kata Henry bercerita kepada Republika, Senin (20/1), di Pendopo Silaturahim, Cibubur, Bekasi, tempat jenazah Joserizal disemayamkan.
Karena kekurangan peralatan medis dalam kondisi sangat darurat, Joserizal terpaksa mengamputasi tangan korban konflik menggunakan gergaji kayu. Bahkan, operasi amputasi tersebut dilakukan di halaman rumah. Orang tersebut selamat dari kematian setelah mendapatkan perawatan medis dari Joserizal dan timnya.
Aksi heroiknya tidak hanya di dalam negeri. Henry bercerita, pada suatu ketika, Joserizal berangkat ke Afghanistan untuk membantu korban perang. Banyak korban yang mengalami luka bakar dan terkena serpihan bom. Tepat di bulan Ramadhan, ketika sedang mengobati korban perang, pesawat tempur Amerika Serikat (AS) menembakkan rudal-rudalnya.
Spesialis bedah ortopedi dan traumatologi ini memiliki banyak pengalaman menolong korban konflik dan perang. Seperti konflik dan perang di Maluku, Mindanao, Afghanistan, Irak, Palestina, dan daerah-daerah lainnya. Medan yang berbahaya tidak menyurutkan niatnya memberikan pertolongan kepada umat dari berbagai macam latar belakang.
Sekitar tahun 2009, Henry menyampaikan, Joserizal bersama MER-C memprakarsai pembangunan RSI di Gaza, Palestina. RSI yang menjadi ikon Indonesia di Palestina ini telah banyak menolong masyarakat Gaza. Kini, pembangunan tahap kedua RSI sudah hampir selesai 100 persen. Tujuan pembangunan tahap kedua agar semakin banyak pasien yang dapat tertolong.
Belum lama ini, MER-C bersama mitranya juga mendirikan RS Persahabatan Indonesia-Myanmar di Myaung Bwe Village, Mrauk U Township, Rakhine State. Melalui RS yang menjadi simbol kebinekaan itu, MER-C berharap umat Islam dan Buddha di Myanmar dapat mengaplikasikan kebinekaan dalam kehidupan mereka sehari-hari seperti umat beragama di Indonesia.
Henry mengaku banyak belajar dari putra akademisi Jurnalis Kamil dan Zahara Idris itu. Suatu ketika, Joserizal menyampaikan gagasannya untuk memindahkan rekening bantuan dari bank konvensional ke bank syariah ketika perbankan syariah belum terkenal seperti sekarang.
"’Hen, kalau bukan kita yang patuh kepada ulama, siapa lagi?’ Itulah kalimat ampuh. Saya tentu tidak bisa menolak kalau sudah seperti itu," ujar Henry meniru perkataan Joserizal yang ingin mematuhi anjuran ulama untuk beralih ke bank syariah.
Henry juga mengungkapkan pesan dan prinsip Joserizal yang belum banyak diketahui orang. Almarhum punya prinsip segera membantu para ulama jika mereka membutuhkan pertolongan medis. Henry mengaku sangat banyak belajar dari sosok aktivis kemanusiaan ini tentang adab menghormati orang tua, guru, dan ulama.
Jemaah saat akan melaksanakan shalat jenazah pendiri lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) Joserizal Jurnalis di Masjid Silaturahim, Jakarta Timur, Senin (20/1).
Rela berkorban
Joserizal menikah dengan Dian Susilawati dan dikaruniai tiga orang anak. Di mata anak-anaknya, aktivis dan pahlawan kemanusiaan ini menjadi pemimpin keluarga yang baik.
Putra Joserizal, Saladin Sean Jurnalis (22 tahun), menceritakan, ayahnya adalah seorang dokter sekaligus pemimpin yang sangat luar biasa bagi keluarga. Di lingkungan organisasi, ayahnya juga menjadi pemimpin bagi sahabat-sahabatnya.
"Terkadang beliau akan lebih peduli terhadap orang lain daripada kesehatannya sendiri. Sering kali ayah saya begitu," kata Saladin mengenang sosok ayahnya.
Saladin juga bercerita tentang prinsip hidup ayahnya. Dia mengatakan bahwa ayahnya tidak memandang latar belakang orang-orang yang ditolongnya. Siapa pun mereka dan apa pun latar belakang mereka, bila membutuhkan pertolongan maka harus ditolong.
"Prinsip beliau soal kemanusiaan, terutama, tidak pandang siapa yang akan ditolong, tidak pandang agamanya, rasnya, kelompok politik, atau apa pun karena siapa saja yang membutuhkan pertolongan harus ditolong. Salah satu (pesannya) itu," ujar Saladin.
Joserizal juga pernah berpesan kepada putra dan putrinya agar mengejar pendidikan setinggi mungkin. Sebab, suatu saat nanti ilmu yang didapat akan berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Joserizal saat di SDF
Teladan
Suasana duka menyelimuti Pondok Silaturahim di Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, pada Senin pagi. Seorang jenazah yang semasa hidupnya menebar kebaikan terbaring di dalam Pendopo Silaturrahim.
Keluarga, masyarakat, para tokoh masyarakat, ulama, pejabat pemerintah, dan aktivis kemanusiaan berkumpul dan melaksanakan shalat jenazah beberapa kali di pendopo. Satu per satu karangan bunga dan ucapan dukacita berdatangan ke pendopo.
Menjelang tengah hari, jenazah dishalatkan kembali di Masjid Silaturrahim. Ratusan masyarakat ikut melaksanakan shalat jenazah untuk mengantarkan kepulangan Joserizal ke pangkuan Ilahi. Setelah melaksanakan shalat Zhuhur dan shalat jenazah, ratusan orang mengantarkan almarhum untuk dikebumikan di pemakaman umum Pondok Rangon, Jakarta.
Mantan wakil presiden Jusuf Kalla turut ikut menshalatkan sang aktivis kemanusiaan. Di mata JK, Joserizal adalah orang yang luar biasa dan selalu semangat ketika membantu orang-orang di daerah konflik yang medannya sulit. Seperti saat konflik di Ambon, Poso, Afghanistan dan tempat-tempat lainnya.
"Joserizal adalah pekerja yang hebat, yang berani, tidak ada orang yang mau kerja di daerah konflik kalau tidak berani," kata JK kepada Republika seusai melakukan shalat jenazah di Pendopo Silaturrahim, Senin (20/1).
Bagi mantan ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, Joserizal adalah sosok yang banyak jasanya di bidang kemanusiaan. Apalagi, Joserizal bersama sahabat-sahabatnya di MER-C juga menjalankan misi kemanusiaan di Palestina dan Myanmar.
"Kepergian almarhum Dokter Joserizal Jurnalis bukan hanya kehilangan bagi keluarga, bagi keluarga sekampung, bagi MER-C, tapi juga bagi umat Islam Indonesia, dunia Islam, dan dunia kemanusiaan," kata Din.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) ini mengatakan, sudah sepatutnya sosok Joserizal dijadikan teladan. Kata dia, umat dan bangsa ini membutuhkan figur seperti Joserizal. "Karena itu, marilah generasi penerus umat dan bangsa bertekad untuk melahirkan kembali sosok-sosok Joserizal yang baru."
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mewakili Kementerian Kesehatan menyampaikan dukacita yang mendalam. Menkes mengatakan, Joserizal adalah sosok yang pantas dijadikan panutan dan suri teladan dalam perjuangan memperjuangkan kemaslahatan umat.
"Saya berharap (almarhum) mendapat tempat terbaik dan keluarganya diberi kekuatan serta perlindungan," kata Menkes.n fuji eka permana, ed: satria kartika yudha