Senin 13 Jan 2020 15:36 WIB

Menilik Keefektivan Runway Ketiga Bandara Soekarno-Hatta

Runway ketiga ditargetkan meningkatkan pergerakan penerbangan Soekarno-Hatta.

Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan persiapan akhir pengoperasian Landasan Pacu atau Run Way 3 sisi utara Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (16/12/2019).
Foto: Antara
Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan persiapan akhir pengoperasian Landasan Pacu atau Run Way 3 sisi utara Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (16/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rahayu Subekti

JAKARTA -- Sejak 20 Desember 2019, PT Angkasa Pura (AP) II sudah mengoperasikan landasan pacu atau runway ketiga di Bandara Internasional Soekano-Hatta. Efektif atau tidaknya landasan pacu ketiga tersebut dapat dilihat dengan bagaimana manfaatnya untuk mengurangi kepadatan lalu lintas penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta.

Baca Juga

VP of Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismano mengatakan landasan pacu yang terletak di selatan Bandara Soekarno-Hatta tersebut pada dasarnya dibangun untuk memperlancar lalu lintas. "Begitu juga meningkatkan kapasitas penerbangan tentunya dengan mengutamakan prinsip keselamatan serta tunduk pada peraturan," kata Yado, Senin (13/1).

Yado menjelaskan pembangunan ladasan pacu ketiga Bandara Soekarno-Hatta sudah direncanakan sejak lama melalui tahapan diskusi dan koordinasi dengan seluruh stakeholder. Menurutnya, kajian pun juga dilakukan dalam masterplan yang mendapatkan persetujuan regulator yakni Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Hingga 6 Januari 2020, kata dia, jumlah penerbangan yang sudah dilayani di landasan pacu ketiga Bandara Soekarno-Hatta mencapai 864 pergerakan penerbangan. Dia mengatakan dari total tersebut, sebanyak 587 pergerakan penerbangan domestik dan 277 pergerakan penerbangan internasional.

Dia menilai, operasional landasan pacu ketiga Bandara Soekarno-Hatta tak terlepas dari dukungan AirNav Indonesia, maskapai, dan masyarakat. Yado menegaskan dioperasikannya landasan pacu ketiga tersebut dipastikan membuat Bandara Soekarno-Hatta memiliki ruang lebih di sisi udara.

Sehingga, Yado memastikan hal dapat lebih efektif dalam melayani pendaratan dan lepas landas pesawat. "Hal ini cukup terasa di mana saat peak season libur Natal dan Tahun Baru lalu, Soekarno-Hatta dapat dengan lancar melayani penerbangan yang lebih sibuk dibandingkan dengan kondisi normal,” ugkap Yado.

Yado menuturkan operasional landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta saat ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yakni landasan pacu bagian selatan menggunakan landasan pacu pertama serta bagian utama menggunakan landasan pacu kedua dan ketiga.

Yado menegasakan ketiga landasan pacu tersebut optimal untuk meningkatkan keselamatan penerbangan, efisiensi. dan kapasitas penerbangan di Bandara Bandara Soekarno-Hatta. "Keselamatan penerbangan meningkat karena Soekarno-Hatta jelas memiliki ruang lebih di sisi udara. Efisiensi juga meningkat seiring dengan berkurangnya jumlah antrean pesawat di taxiway dan di udara," jelas Yado.

Dengan begitu, Yado memastikan kapasitas landasan pacu di Bandara Bandara Soekarno-Hatta semakin meningkat. Sebab, saat ini semakin berkurangnya jarak antar pesawat.

"Dengan tahapan pengembangan yang dilakukan AP II dan Airnav Indonesia maka kapasitas penerbangan di Soekarno-Hatta ditargetkan dapat meningkat hingga 114 pergerakan penerbangan per jam," tutur Yado.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Polana B Pramesti memastikan operasional landasan pacu ketiga Bandara Bandara Soekarno-Hatta sesuai dengan standar keselamatan dan keamanan penerbangan. Polana mengatakan sejak awal, landasan pacu ketiga bandara tersebut dibangun dengan konsep dependen runway.

"Pembangan ini dengan memenuhi aspek keselamatan yang diperlukan sesuai dengan Civil Aviation Organization (ICAO) compliances, dengan strategi penanganan sistem lalu lintas udara secara segregated," jelas Polana.

Sementara itu, pengamat kebijakan publik dan perlindungan konsumen Agus Pambagio mengungkapkan terdapat hal lain yang perlu disorot dari perluasan daya tampung Bandara Soekarno-Hatta mulai dari terminal dan juga landasan pacu. Ironisnya, kata Agus, jumlah penumpang penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta justru turu sekitar 13 persen karena berbagai faktor selain mahalnya harga tiket dna penurunan kondisi ekonomi.

Meskipun begitu, Agus mengatakan dengan rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara, pengelola badan usaha bandara tidak perlu agresif membangun bandara layaknya pusat perbelanjaan. "Model bandara seperti mal membuat biaya pembangunan dan perawatan bandara mahal yang sebagian ujung-ujungnya dibebankan kepada konsumen," tutur Agus.

Agus bahkan sebenarnya tidak setuju pembangunan landasan pacu ketiga Bandara Soekarno-Hatta. Dia mengatakan ICAO Asia pacific Regional Office pada 17 Desember 2019 bahkan melayangkan surat teguran kepada Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub terkait pembangunan landasan pacu ketiga yag bermasalah.

"Surat teguran tersebut berisi enam poin penting, antara lain intinya mempertanyakan keandalan pengoperasian landasan pacu ketiga," ungkap Agus.

Agus mengatakan pengembangan yang di lakukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta memang dilakukan untuk mengantisipasi ledakan penumpang pada 2025. Untuk itu, kata Agus, AP II harus super kreatif mengelola investasi yang digelontorkan.

"Pastikan lakukan perhitungan yang benar, jangan hanya berkata siap ketika diperintah membangun oleh presiden maupun Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN. Apalagi jika perintah pembiayaannya melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Artinya, risiko ada di BUMN sebagai pengelola bandara," jelas Agus.

Peningkatan Soekarno-Hatta

Upaya meningkatkan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta terus dilakukan. Salah satunya melalui rencana pembangunan Terminal 4.

Rencananya desain Terminal 4 dalam akan dirumuskan dalam waktu 18 bulan. Pembahasan akan mencakup desain perencanaan teknis, struktur pembiayaan dan desain penataan keseluruhan operasional terminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan setelah desain disepakati maka pembangunan Terminal 4 akan mulai dilakukan pada pertengahan tahun 2021. “Kick off design pembangunan Terminal 4, di mana nantinya pembangunan secara fisik baru akan dilakukan pada 2021 dan tuntas pada awal tahun 2024. Terminal 4 ini nantinya menjadi terminal penumpang pesawat terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 40 juta penumpang per tahun,” ujarnya.

“Terminal 4 harus mengakomodasi kebutuhan di masa depan, karena dibangun pada 2020 dan baru dibuka pada 2024. Kita tidak bisa berpikir apa yang dibutuhkan sekarang, tetapi harus memprediksi dengan tepat apa yang dibutuhkan traveler dan industri penerbangan pada 2024, sehingga Terminal 4 dapat sangat diandalkan dalam meningkatkan konektivitas udara di Indonesia,” ujarnya.

Dia menambahkan pembangunan Terminal 4 jelas mengarah ke teknologi terbaru dengan konsep smart environment, smart mobility dan smart security. Muhammad Awaluddin mengatakan konsep lingkungan pintar atau smart environment harus disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dan tidak harus meniru mentah apa yang diterapkan di luar negeri.

“Yang jelas harus mendukung pemanfaatan energi baru dan terbarukan,” katanya.

Sementara itu terkait dengan smart mobility, Terminal 4 banyak menyediakan self-check in counter, self baggage drop, serta mendukung teknologi lain seperti mobile check-in dan fasilitas lainnya sesuai dengan tren pelancong saat ini yang lebih memilih memproses keberangkatan penerbangan secara mandiri ketimbang harus datang ke konter check-in.

Dilengkapi dengan smart security, Terminal 4 akan mengimplementasikan smart CCTV serta full body scanner x-ray dan peralatan keamanan terkini lainnya.

Di samping itu, Muhammad Awaluddin juga menekankan bahwa pembangunan Terminal 4 harus mudah dan siap mengakomodir infrastruktur teknologi informasi terkini dan mengantisipasi dinamisnya perkembangan teknologi ke depannya. “Setiap teknologi harus dengan mudah dan murah digunakan supaya Terminal 4 dapat mengakomodir kebutuhan traveler dan beroperasi secara efektif,” jelas Muhammad Awaluddin.

Terminal 4 disiapkan untuk penerbangan domestik dan internasional dan bisa mengakomodir hingga 40 juta penumpang. “Yang jelas terminal penumpang pesawat harus mengutamakan flow penumpang. Apabila flow penumpang lancar maka akan berdampak baik bagi sisi komersial dan operasional,” ujar Tommy Soetomo.

Terminal 4 seluas 400 ribu meter persegi diproyeksikan mampu melayani hingga 40 juta penumpang per tahun. Adapun Terminal 1 dan 2 nantinya setelah revitalisasi masing-masing akan memiliki kapasitas hingga 20 juta penumpang per tahun. Sementara itu, Terminal 3 berkapasitas 25 juta penumpang per tahun.

Sehingga, dengan Terminal 1, 2, 3, dan 4 nantinya Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki kapasitas hingga 100 juta penumpang per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement