Jumat 10 Jan 2020 23:00 WIB

Petani Keluhkan Harga Cengkih di Natuna Merosot

Petani cengkih di Natuna merasa diabaikan pemerintah terkait harga yang merosot.

Petani Keluhkan Harga Cengkih di Natuna Merosot. Cengkih kering (ilustrasi).
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Petani Keluhkan Harga Cengkih di Natuna Merosot. Cengkih kering (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Petani cengkih di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau mengeluhkan harga cengkih di daerah tersebut merosot. Harga cengkih basah Rp 14 ribu per kilogram dan cengkih kering Rp 52 ribu per kilogram.

Harga cengkih kering baru-baru ini sempat turun hingga Rp 47 ribu per kilogram. Bila dibandingkan dengan harga jual cengkih kering 2012-2018 bisa tembus sampai Rp 120 ribu per kilogram dan cengkih basah Rp 35 ribu per kilogram.

Baca Juga

Suarman (51 tahun), petani cengkih asal Desa Gunung Sebelat Kecamatan Midai, Natuna mengaku khawatir harga cengkih terus mengalami penurunan sehingga petani mengalami kerugian. Apalagi, petani hanya menjual cengkih kepada seorang tauke (tengkulak).

"Cengkih para petani dijual kepada tauke. Dari penampung ini, kemudian baru menjual ke pasar," ucapnya, Jumat (10/1).

Warga yang menggantungkan pendapatan keluarga dari penjualan cengkih merasa kecewa pada panen tahun ini lantaran harga cengkih turun drastis. Mereka berharap pemerintah melindungi petani cengkih dengan menjaga stabilitas harga komoditas itu.

Suarman yang mengelola kebun cengkih seluas 1,5 hektare ini menambahkan setiap musim panen cengkih ia mengupah orang untuk memanen cengkih. Upah untuk satu kilogram cengkih mencapai Rp 7.000 saat harga komoditas itu stabil.

"Sekarang upah untuk memetik cengkih Rp 4.000/Kg," ujarnya.

Kondisi ini, akhirnya menjadi masalah bagi para petani cengkih. Kebanyakan para pemanjat cengkih tidak mau bekerja dengan upah Rp 4.000/Kg.

"Akhirnya cengkih tak dipanen. Ini menyebabkan petani dirugikan karena cengkih busuk akibat tidak tepat waktu memanennya," ujarnya.

Panen cengkih di Natuna terjadi di setiap akhir tahun. Biasanya puncak panen cengkih pada bulan ke dua awal tahun. Besar harapan petani, harga cengkih di Natuna dapat stabil seperti sedia kala.

Petani cengkih Natuna sangat mengharapkan kebijakan pemerintah pusat dan daerah menyikapi stabilitas harga jual cengkih ke penampung. Petani cengkih di Natuna menyatakan kebijakan pemerintah daerah dalam menyikapi harga jual cengkeh per tahun sangat minim. Petani merasa kehilangan peran serta pemerintah untuk membantu persoalan mereka.

Seorang pekebun cengkeh di Midai, Natuna, Fahri mengatakan, petani cengkih di Natuna sangat mengharapkan peran serta pemerintah dalam menyikapi musim panen cengkih di Midai, agar tidak lagi melalui para tengkulak.

"Para petani tidak tahu tentang harga jual cengkih yang sebenarnya di kisaran berapa," ungkapnya.

Dia menduga ada indikasi permainan mafia cengkih, mengingat harga cengkeh saat ini turun drastis hingga 50 persen. Ia mengatakan, meskipun harga cengkih turun drastis, para petani tetap menjual cengkih mereka ke para tengkulak.

"Karena yang petani cengkih disini ketahui hanyalah bagaimana cengkih yang mereka miliki bisa terjual meski harga menurun drastis demi menghidupi keluaraga mereka," ujarnya.

Menurutnya, dampak dari harga cengkih turun, petani merugi sebelum masa cengkih tiba. Petani cengkih harus mengeluarkan modal untuk membersihkan kebun cengkih mereka dengan mengupah jasa pembersih kebun.

Ketika musim cengkih tiba, petani pun harus memikirkan bagaimana mengupah para pemanjat cengkih untuk menghabiskan cengkih di kebun milik mereka. "Apabila harga cengkih tidak sebanding dengan harga jual di pasar, maka para petani yang seharusnya menerima keuntungan lebih, malah terkadang menerima kerugian," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement