REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara (AU) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), untuk mengurangi curah hujan yang tinggi di wilayah Jabodetabek. Lewat operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), BPPT dan TNI AU melakukan penyemaian awan sejak 2 hingga 12 Januari 2019.
"Hari ini adalah hari ketujuh operasi TMC yang dilaksanakan TNI AU, bekerja sama dengan BPPT, BNPB, dan BMKG," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau), Marsma TNI Fajar Adriyanto di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1).
TMC merupakan usaha manusia untuk meningkatkan atau mengurangi curah hujan yang turun secara alami. Dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan.
Proses fisika yang diubah di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescense). Atau proses pembentukan es atau ice nucleation.
Pesawat memegang peranan sentral untuk pelaksanaan TMC pada Januari ini. Untuk itu, TNI AU mengerahkan dua pesawat miliknya pada proses penyemaian awan ini.
"Untuk CN 295, kami membawa delapan konsul yang total beratnya hingga 2,4 ton. Sedangkan CASA 212 itu total beratnya 800 kilogram," ujar Fajar.
Setelah tujuh hari operasi TMC ini, curah hujan di wilayah Jabodetabek telah berkurang sekitar 50 persen. Fajar menjelaskan, bahwa hal itu terlihat dari kawasan sekitar Jakarta yang tak lagi diguyur hujan deras dalam waktu lama.
"Sudah bisa dirasakan oleh masyarakat di Jakarta maupun Jabodetabek, bahwa hujan telah berkurang," ujar Fajar.
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1).
Menurut Fajar, pelaksanaan TMC ini memang amat tergantung dengan alam, yakni kandungan air yang ada di awan. Sebab dalam operasi TMC ini, pesawat TNI AU dapat dikatakan mengejar awan yang memiliki kandungan air besar.
Oleh karena itu, pelaksanaan TMC perlu koordinasi yang baik di antara pemangku kepentingan. TNI AU melakukan koordinasi dengan tiga lembaga lain, yakni BNPB, BPPT, dan BMKG.
"Kami memang tidak bisa menghentikan hujan, karena hujan itu alam. Kami hanya bisa mengurangi atau melaksanakan teknologi modifikasi cuaca," ujar Fajar.
Jika curah hujan di wilayah Jabodetabek masih tinggi, Fajar mengatakan bahwa TNI telah menyiapkan satu pesawat lainnya, yaitu C-130. Guna memantu proses operasi TMC.
"Aktivitas ini kira-kira mungkin sampai dinyatakan selesai. Hujan diperkirakan sudah tidak membahayakan, sudah tidak ada resiko banjir lagi. Semuanya adl koordinasi," ujar Fajar.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT, Tri Handoko Seto mengatakan, bahwa pihaknya berusaha meminimalisasi curah hujan yang tinggi pada awal Januari ini dengan TMC. Pasalnya pada 11 Januari nanti, curah hujan rata-rata wilayah Jabodetabek sekitar 50-100 mm.
"Tidak akan selebat hujan 31 Desember sampai 1 Januari lalu. Tapi berpotensi mengakibatkan genangan atau banjir di sejumlah titik," ujar Tri Handoko lewat ketetangan resminya.
Ia mengungkapkan, BMKG melalui Deputi Meteorologi juga telah merilis prakiraan cuaca. Dalam sepekan ke depan akan berpotensi terjadi hujan dengan intensitas lebat disertai petir/kilat dan angin kencang. Karena itu, Tim TMC BPPT akan bekerja sama dengan BNPB, TNI AU, dan BMKG melakukan operasi TMC siang malam 24 jam. Meskipun, Tri menyadari bahwa terbang malam dalam operasi TMC merupakan operasi berisiko sangat sangat tinggi.
"Mohon doa kepada masyarakat semua agar misi TMC berhasil dan tim TMC selalu sehat dan selamat," ujar Tri Handoko.
Tips Saat Banjir