Rabu 08 Jan 2020 17:04 WIB

Jika AS-Iran Perang, Wapres: Yang tak Ikut Jadi Korban

Indonesia berharap kedua negara menghendaki upaya mencari solusi damai.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Teguh Firmansyah
Wakil Presiden Maruf Amin berbicara soal kemungkinan perang AS-Iran. (foto ilustrasi).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Maruf Amin berbicara soal kemungkinan perang AS-Iran. (foto ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma'ruf Amin mengingatkan bahaya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran bisa berujung buruk hingga terjadi perang.

Menurutnya, tidak ada pihak yang diuntungkan jika kedua negara tersebut menghendaki terjadinya konflik. "Sebab jika sampai terjadi perang, itu saya kira tidak ada yang diuntungkan, termasuk yang tidak ikut perang itu akan jadi korban," ujar Kiai Ma'ruf krpada wartawan di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (8/1).

Baca Juga

Karena itu, Pemerintah Indonesia berharap kedua negara menghendaki upaya mencari solusi perdamaian. Sehingga, kemungkinan terburuk yakni perang bisa terhindarkan.

"Ya kita sesuai dgn prinsip luar negeri kita, Bahwa kita itu menghendaki perdamaian. Karena itu maka yang harus diupayakan mencari solusi perdamaian supaya tidak terjadi perang," ujar Kiai Ma'ruf.

Kiai Ma'ruf juga mendukung upaya Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia yang memanggil duta besar Amerika Serikat dan duta besar Iran guna menahan diri agar tidak terjadi perang.

Ia pun mengajak negara-negara lain untuk mendorong upaya perdamaian antara Iran dan Amerika Serikat.

"Karena andai kata terjadi peperangan, nah ini jadi sesuatu yang sangat merugikan bagi dunia, ekonomi rusak, politik juga blok-blok akan terbangun, itu sangat berbahaya sekali," kata Kiai Ma'ruf.

Karena itu, menurutnya, harus seoptimal mungkin Indonesia bersama negara-negara termasuk OKI di Timur Tengah dan negara-negara yang cinta damai untuk mencegah terjadinya perang. "Kita berusaha melalui PBB untuk menahan tidak terjadi perang," kata Kiai Ma'ruf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement